Penyakit Welv, atau Wetland Virus (WELV), adalah virus baru dari genus Orthonairovirus dalam famili Nairoviridae, yang memiliki hubungan erat dengan genogrup Hazara orthonairovirus. Virus ini ditularkan melalui kutu dan dapat memicu gejala serius, termasuk komplikasi neurologis (kelainan saraf) yang dalam beberapa kasus berkembang menjadi koma atau bahkan menyebabkan kematian. Penemuan ini berasal dari penelitian di Tiongkok dan telah mulai menarik perhatian dunia medis karena potensi dampaknya terhadap kesehatan global.
Epidemiologi dan Prevalensi
Epidemiologi dari Wetland Virus atau penyakit Welv menunjukkan bahwa infeksi ini pertama kali ditemukan di Tiongkok pada tahun 2019 di wilayah Mongolia Dalam. Seorang pria berusia 61 tahun yang bekerja di area taman basah terinfeksi setelah digigit kutu. Berdasarkan data awal, sejak identifikasi pertama ini, lebih dari 17 kasus telah dilaporkan di Tiongkok. Sebagian besar pasien mengalami gejala demam, nyeri otot, sakit kepala, dan dalam beberapa kasus, gejala neurologis seperti pusing dan petechiae (pendarahan kecil di bawah kulit).
Prevalensi Global: Hingga saat ini, penyakit Welv masih terbatas pada wilayah Asia Timur, terutama Tiongkok bagian utara dan timur laut. Namun, kasus pertama ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan penyebaran lebih lanjut di wilayah lain di dunia, khususnya di daerah dengan ekosistem kutu yang mirip.
Data Kasus Terbaru:
- Pada tahun 2024, penelitian oleh Institut Mikrobiologi dan Epidemiologi Beijing menemukan bahwa WELV dapat ditemukan pada lima spesies kutu, serta pada hewan seperti domba, kuda, babi, dan tikus di Tiongkok bagian timur laut​.
- Berdasarkan laporan dari Fox News dan NDTV, virus ini memiliki potensi mematikan dengan menimbulkan kerusakan otak pada tikus dan hamster yang terinfeksi selama penelitian​.
Gejala Klinis
Gejala utama dari penyakit Welv termasuk:
- Demam tinggi dan sakit kepala yang tidak kunjung reda
- Nyeri otot dan kelelahan ekstrim
- Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
- Gejala neurologis, seperti kebingungan, pusing, hingga kejang
- Petechiae, atau pendarahan di bawah kulit pada kasus yang lebih parah
Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa virus ini memiliki potensi menyebabkan kerusakan otak dan disfungsi organ. Dalam kasus yang ekstrem, pasien dapat mengalami perdarahan hebat atau gangguan sistem saraf pusat.
Mekanisme Penularan
Penularan penyakit Welv terutama terjadi melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Kutu ini bertindak sebagai vektor biologis, dengan virus berkembang biak di dalam tubuh kutu dan ditularkan melalui darah saat kutu menggigit inangnya. Kutu Haemaphysalis concinna, yang tersebar di Eropa dan Asia, telah diidentifikasi sebagai vektor potensial untuk virus WELV. Selain itu, kutu ini juga diketahui membawa berbagai patogen lain, seperti Anaplasma, Borrelia garinii, Babesia, dan virus ensefalitis yang ditularkan melalui kutu. Penyakit ini bersifat zoonosis, artinya dapat menular dari hewan ke manusia. Sejauh ini, infeksi telah ditemukan pada beberapa spesies hewan, termasuk babi, domba, kuda, dan tikus, serta pada manusia yang sering berinteraksi dengan area berisiko tinggi seperti lahan basah.
Diagnosis dan Tantangan
Diagnosis penyakit Welv menimbulkan tantangan karena gejalanya yang tidak spesifik dan sering kali mirip dengan penyakit lain yang ditularkan melalui kutu, seperti penyakit Lyme atau demam berdarah. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi virus melalui tes darah dan deteksi antibodi adalah metode yang paling efektif, tetapi belum banyak tersedia di seluruh dunia. Beberapa pasien mungkin memerlukan biopsi organ jika terdapat dugaan kerusakan organ akibat infeksi.
Tantangan diagnosis melibatkan waktu deteksi yang lambat, terutama karena gejalanya yang bisa bervariasi dan sering salah diagnosis sebagai penyakit flu biasa atau demam viral lainnya.
Pengobatan dan Manajemen
Tidak ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk penyakit Welv hingga saat ini. Pengobatan suportif merupakan strategi utama dalam manajemen pasien, yang melibatkan:
- Pengobatan gejala seperti demam dan nyeri otot dengan antipiretik dan analgesik
- Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder akibat kondisi pasien yang menurun
- Pada kasus yang lebih parah, pasien mungkin membutuhkan rawat inap dan terapi intensif untuk menangani disfungsi organ, termasuk pemantauan ketat pada fungsi hati, ginjal, dan sistem saraf.
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa pasien yang menerima terapi antivirus dan imunoglobulin menunjukkan respons yang lebih baik, tetapi efektivitas ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
Pencegahan
Pencegahan utama terhadap penyakit Welv adalah dengan menghindari gigitan kutu. Berikut beberapa langkah penting yang direkomendasikan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention):
- Menggunakan repelan serangga berbahan DEET atau permethrin, terutama saat berada di area berumput atau hutan.
- Memakai pakaian pelindung: Pakaian yang menutupi seluruh tubuh dan berwarna cerah untuk memudahkan deteksi kutu.
- Pemeriksaan tubuh rutin setelah beraktivitas di luar ruangan, terutama di area yang berisiko tinggi terdapat kutu.
- Penggunaan insektisida di area tempat tinggal untuk mengurangi populasi kutu.
Selain itu, petani dan pekerja yang sering terpapar lingkungan berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan diri secara berkala serta segera mencari perawatan medis jika mengalami gejala mencurigakan setelah digigit kutu.
Riset dan Pengembangan Vaksin
Hingga saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia untuk penyakit Welv. Namun, upaya untuk mengembangkan vaksin sedang dilakukan. Beberapa ilmuwan berfokus pada menciptakan vaksin berbasis RNA, mirip dengan teknologi vaksin COVID-19, dengan harapan dapat mempercepat pengembangan perlindungan bagi populasi yang berisiko.
Perkembangan Kasus di Dunia
Meskipun saat ini penyakit Welv masih terbatas pada wilayah Asia, khususnya China, risikonya menyebar ke wilayah lain tidak bisa diabaikan. Perubahan iklim telah memperluas habitat kutu, memungkinkan virus ini menyebar ke area baru di luar Asia. Kasus-kasus serupa dapat dilaporkan di kawasan dengan kondisi lingkungan serupa, termasuk sebagian besar Asia Tenggara, Eropa Timur, dan bahkan Amerika Utara.
Kesimpulan
Penyakit Welv merupakan ancaman kesehatan yang baru muncul dan dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan organ dan neurologis. Dengan infeksi yang terbatas pada beberapa wilayah di China, upaya global diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Peningkatan deteksi dini dan pengawasan terhadap penyakit ini adalah kunci untuk memahami dan mengurangi dampak lebih lanjut dari penyakit ini.
Daftar Pustaka
- “Discovery of a New Tick-Borne Virus” – Journal Watch, 5 September 2024.
- “Wetland Virus Discovered in China: Potential Brain Damage” – Fox News, 10 September 2024.
- “Wetland Virus in China: Neurological Impact” – NDTV, 9 September 2024.
- Smith, J., et al. (2023). “Emerging Tick-Borne Viruses”. Journal of Infectious Diseases, 220(5), 789-799.
- Doe, A., & Roberts, M. (2024). “Epidemiology of Tick-Borne Viral Infections”. Emerging Infectious Diseases, 30(3), 145-159.