Masuk Angin dalam Perspektif Medis

Masuk Angin

Dalam dunia medis, istilah “masuk angin” tidak diakui sebagai diagnosis resmi. Namun, gejala yang sering digambarkan sebagai masuk angin bisa mencerminkan berbagai kondisi medis yang berbeda. Di bawah ini, kita akan membahas beberapa kemungkinan diagnosis medis yang sering disalahartikan sebagai masuk angin oleh masyarakat.

Masuk Angin dalam Perspektif Medis

Faktor Pemicu Gejala Masuk Angin

Meskipun istilah “masuk angin” tidak diakui dalam dunia medis, beberapa faktor yang dapat memicu gejala yang mirip dengan kondisi ini adalah:

1. Paparan Cuaca Dingin dan Angin

Paparan langsung terhadap angin atau cuaca dingin dapat menyebabkan tubuh merespons dengan gejala yang sering dikaitkan dengan masuk angin. Angin dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi, yaitu penyempitan pembuluh darah, yang dapat memengaruhi sirkulasi darah dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada otot dan sendi.

2. Infeksi Virus

Gejala masuk angin sering kali mirip dengan gejala flu biasa yang disebabkan oleh infeksi virus. Virus influenza, rhinovirus, dan coronavirus adalah beberapa contoh virus yang dapat menyebabkan gejala seperti demam, batuk, pilek, dan kelelahan.

3. Perubahan Suhu yang Mendadak

Perubahan suhu yang mendadak, seperti masuk dari lingkungan yang sangat dingin ke lingkungan yang hangat atau sebaliknya, dapat menyebabkan tubuh mengalami stres termal. Stres ini dapat memicu respon tubuh yang mengarah pada gejala masuk angin.

4. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah

Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap gejala masuk angin. Stres, kurang tidur, pola makan yang buruk, dan kondisi medis tertentu dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi dan gejala yang mirip dengan masuk angin.

5. Kelelahan dan Kurang Tidur

Kelelahan dan kurang tidur dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan gejala masuk angin. Kelelahan juga dapat memperburuk gejala yang ada dan memperpanjang waktu pemulihan.

Berikut adalah penjelasan medis dan kemungkinan diagnosis yang sering disebut dengan masuk angin oleh Masyarakat :

1.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA, atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut, adalah kondisi medis yang mencakup berbagai infeksi yang menyerang saluran pernapasan, baik pada bagian atas (hidung, sinus, faring, dan laring) maupun bagian bawah (trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru). ISPA dapat disebabkan oleh berbagai agen infeksius, termasuk:

  • Virus: Seperti rhinovirus, coronavirus, virus influenza, dan respiratory syncytial virus (RSV).
  • Bakteri: Seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Mycoplasma pneumoniae.
  • Jamur dan parasit: Meskipun lebih jarang, infeksi oleh jamur dan parasit juga bisa terjadi, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Gejala ISPA bervariasi tergantung pada bagian saluran pernapasan yang terinfeksi dan jenis agen penyebabnya. Gejala umum meliputi:

  • Batuk
  • Demam
  • Pilek atau hidung tersumbat
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Kelelahan
2. Alergi pada Saluran Pernapasan

Alergi pada saluran pernapasan adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk sari, debu, bulu hewan peliharaan, atau spora jamur. Reaksi ini dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan atas atau bawah.

Jenis Alergi pada Saluran Pernapasan

  1. Rinitis Alergi (Hay Fever)
    • Gejala: Hidung tersumbat, bersin, gatal pada hidung, mata berair dan gatal, hidung berair.
    • Penyebab: Serbuk sari, debu, bulu hewan, tungau debu, jamur.
  2. Asma Alergi
    • Gejala: Sesak napas, batuk, mengi (napas berbunyi), dada terasa sesak.
    • Penyebab: Serbuk sari, debu, bulu hewan, olahraga, udara dingin, polusi udara.
  3. Sinusitis Alergi
    • Gejala: Nyeri wajah, hidung tersumbat, cairan hidung berlebihan, sakit kepala.
    • Penyebab: Serbuk sari, debu, bulu hewan, jamur.
3. Sindrom Dispepsia

Sindrom dispepsia dikenal sebagai gangguan pencernaan adalah kumpulan gejala yang terjadi di bagian atas perut, termasuk ketidaknyamanan atau rasa sakit pada ulu hati. Dispepsia sering kali merupakan gejala dari kondisi lain seperti gastritis, ulkus peptikum, atau penyakit refluks gastroesofagus (GERD), tetapi juga dapat terjadi tanpa adanya penyakit yang mendasari. Gejala dispepsia dapat bervariasi, namun yang paling umum meliputi:

  • Rasa tidak nyaman atau nyeri di bagian atas perut
  • Perasaan penuh atau kembung setelah makan
  • Mual
  • Muntah
  • Bersendawa
  • Rasa panas di perut atau dada (heartburn)

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

  • Gastritis: Peradangan pada lapisan lambung.
  • Ulkus Peptikum: Luka terbuka pada lapisan lambung atau usus halus.
  • Penyakit Refluks Gastroesofagus (GERD): Asam lambung naik ke esofagus, menyebabkan iritasi.
  • Infeksi Helicobacter pylori: Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi lambung dan tukak lambung.
  • Penggunaan Obat-Obatan: Seperti NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) yang dapat mengiritasi lambung.
  • Faktor Gaya Hidup: Seperti makan berlebihan, makanan pedas atau berlemak, alkohol, kafein, dan stres.
4. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi di mana arteri koroner yang memasok darah ke jantung menjadi sempit atau tersumbat akibat penumpukan plak (aterosklerosis). Plak terdiri dari lemak jahat (LDL) yang masuk kedalam dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan diameter arteri jantung. Penyempitan arteri ini mengurangi aliran darah ke jantung, yang dapat menyebabkan nyeri dada (angina) dan serangan jantung.

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh proses aterosklerosis yang berkembang seiring waktu. Faktor-faktor risiko yang dapat mempercepat proses ini meliputi:

  • Kolesterol Tinggi: LDL tinggi (kolesterol jahat) dan HDL rendah (kolesterol baik).
  • Tekanan Darah Tinggi: Membebani dinding arteri.
  • Merokok: Merusak dinding arteri dan mengurangi kadar oksigen dalam darah.
  • Diabetes: Meningkatkan risiko pembentukan plak.
  • Obesitas: Berhubungan dengan tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
  • Kurangnya Aktivitas Fisik: Meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.
  • Diet Tidak Sehat: Tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan natrium.
  • Riwayat Keluarga: Riwayat keluarga dengan penyakit jantung.

Gejala penyakit jantung koroner dapat bervariasi, tetapi yang paling umum adalah:

  • Angina (Nyeri Dada): Rasa sakit atau tekanan di dada yang dapat menyebar ke lengan, leher, rahang, atau punggung.
  • Sesak Napas: Terutama selama aktivitas fisik atau stres.
  • Kelelahan: Merasa lelah tanpa alasan yang jelas.
  • Palpitasi: Detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
  • Pusing atau Pingsan: Terkadang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak.

Cara Diagnosis Medis

Untuk memastikan diagnosis yang tepat, beberapa langkah yang biasanya dilakukan oleh profesional kesehatan meliputi:

  1. Anamnesis: Mengumpulkan riwayat kesehatan pasien dan gejala yang dialami.
  2. Pemeriksaan Fisik: Memeriksa tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis.
  3. Tes Laboratorium: Tes darah, tes dahak.
  4. Pemeriksaan Penunjang: Rontgen dada, CT scan, atau tes fungsi paru-paru untuk evaluasi lebih lanjut.
  5. Tes Alergi: Tes kulit atau tes darah untuk mengidentifikasi alergi.

Kesimpulan

Masuk angin adalah istilah yang digunakan secara luas di Indonesia untuk menggambarkan berbagai gejala yang tidak spesifik. Namun, gejala ini bisa menjadi tanda dari berbagai kondisi medis yang lebih serius. Penting untuk memahami dan mengenali gejala dengan baik serta mencari penanganan medis yang tepat jika gejala berlanjut atau memburuk. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa kita mendapatkan perawatan yang sesuai dan mencegah komplikasi yang lebih serius.

Daftar Pustaka

  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). Cold Weather Safety.
  2. World Health Organization (WHO). (2023). Influenza (Seasonal).
  3. National Institutes of Health (NIH). (2023). Common Cold.
  4. Mayo Clinic. (2023). Flu and cold viruses: How long can they live outside the body?.
  5. Harvard Health Publishing. (2023). Why cold weather makes us sick.
  6. National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH). (2023). Herbs at a Glance: Ginger.
  7. WebMD. (2023). The Common Cold and the Flu: Know the Difference.
  8. American Lung Association. (2023). Understanding Bronchitis.
  9. Cleveland Clinic. (2023). Sinusitis.
  10. American Heart Association. (2023). Warning Signs of a Heart Attack.
  11. Murray, J.F., & Nadel, J.A. (Eds.). (2005). Textbook of Respiratory Medicine. Philadelphia: Saunders Elsevier.
  12. Mandell, G.L., Bennett, J.E., & Dolin, R. (Eds.). (2015). Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases. Philadelphia: Elsevier.
  13. World Health Organization (WHO). (2021). Respiratory Infections. Diakses dari www.who.int.
  14. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Acute Respiratory Infection. Diakses dari www.cdc.gov.
  15. Mayo Clinic. (2021). Upper Respiratory Infection (URI) – Overview. Diakses dari www.mayoclinic.org.
  16. Williams, B.G., Gouws, E., Boschi-Pinto, C., Bryce, J., & Dye, C. (2002). Estimates of world-wide distribution of child deaths from acute respiratory infections. Lancet Infectious Diseases, 2(1), 25-32.
  17. Rudan, I., Boschi-Pinto, C., Biloglav, Z., Mulholland, K., & Campbell, H. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin of the World Health Organization, 86, 408-416.
  18. UNICEF. (2020). Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. Diakses dari www.unicef.org.
  19. Skoner, D.P., & Holgate, S.T. (2011). Allergy: Principles and Practice. Elsevier.
  20. Pawankar, R., Canonica, G.W., Holgate, S.T., & Lockey, R.F. (Eds.). (2012). WAO White Book on Allergy: Update 2013. World Allergy Organization.
  21. National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID). (2020). Understanding Respiratory Allergies. Diakses dari www.niaid.nih.gov.
  22. American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI). (2021). Respiratory Allergies. Diakses dari www.aaaai.org.
  23. Global Initiative for Asthma (GINA). (2020). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Diakses dari www.ginasthma.org.
  24. Talley, N.J., & Ford, A.C. (2015). Functional Dyspepsia. New England Journal of Medicine, 373(19), 1853-1863.
  25. McQuaid, K.R. (2015). Gastroenterology and Hepatology: Board Review Manual. Hospital Physician.
  26. Vakil, N., van Zanten, S.V., Kahrilas, P., Dent, J., & Jones, R. (2006). The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease (GERD). American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900-1920.
  27. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2020). Definition & Facts for Indigestion. Diakses dari www.niddk.nih.gov.
  28. American College of Gastroenterology (ACG). (2021). Dyspepsia. Diakses dari www.gi.org.
  29. Libby, P., & Theroux, P. (2005). Pathophysiology of Coronary Artery Disease. Circulation, 111(25), 3481-3488.
  30. Gibbons, R.J., Abrams, J., Chatterjee, K., et al. (2003). ACC/AHA 2002 Guideline Update for the Management of Patients With Chronic Stable Angina. Circulation, 107(1), 149-158.
  31. Lloyd-Jones, D.M., & Braun, L.T. (2019). Coronary Artery Disease. In: Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. Elsevier.
  32. World Health Organization (WHO). (2021). Cardiovascular Diseases (CVDs). Diakses dari www.who.int.
  33. American Heart Association (AHA). (2021). Coronary Artery Disease – Coronary Heart Disease. Diakses dari www.heart.org.
dr. Maria Alfiani Kusnowati
Author: dr. Maria Alfiani Kusnowati

Dokter Umum. Universitas Kristen Maranatha angkatan 2013. Internship di RSUD Waled dan Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon (2019). Bekerja di RS Bunda Pengharapan Merauke, Papua Selatan (2020-2023).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top