Klamidia: Infeksi Menular Seksual yang Sering Tak Disadari dan Berbahaya

Gejala Klamidia, Chlamydia

Klamidia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang umum disebabkan oleh bakteri. Banyak orang yang terinfeksi klamidia sering tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal. Bahkan, diperkirakan 40 hingga 96% penderita klamidia tidak menunjukkan gejala sama sekali. Meski begitu, klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan serius di masa depan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan rutin dan berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan jika Anda memiliki kekhawatiran.

Gejala Klamidia, infeksi klamidia, infeksi menular seksual, Chlamydia

Penyebab Klamidia

Klamidia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat menyerang pria maupun wanita dan menular melalui hubungan intim. Bakteri ini dapat menginfeksi berbagai organ seperti mata, tenggorokan, leher rahim, dan saluran kemih. Klamidia merupakan penyakit yang mudah diobati jika terdeteksi sejak dini. Namun jika terlambat ditangani, klamidia dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti kemandulan. Penyakit ini biasanya menyerang orang berusia antara 14 dan 24 tahun dan lebih sering terjadi dibandingkan gonore dan sifilis.

Penyakit ini dapat dengan mudah menyebar melalui aktivitas seksual tanpa kondom. Penularan penyakit ini tidak harus melalui cairan ejakulasi tetapi juga melalui cairan pra-ejakulasi Selain hubungan seks melalui vagina, klamidia juga dapat ditularkan melalui hubungan seks oral atau anal sehingga menyebabkan klamidia di tenggorokan atau anus.

Faktor yang meningkatkan risiko tertular klamidia selain berhubungan intim yang tidak aman adalah sering bergonta-ganti pasangan seksual dan pernah menderita penyakit menular seksual sebelumnya. Klamidia seringkali tidak menunjukkan gejala, sehingga orang yang terinfeksi dapat dengan mudah menulari pasangan seksualnya tanpa menyadarinya. Selain itu, klamidia juga bisa menular dari ibu hamil ke bayi baru lahir saat melahirkan. Penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia (infeksi paru-paru) dan infeksi mata pada bayi. Oleh karena itu, wanita hamil dengan kondisi ini sebaiknya menjalani tes 3 hingga 4 minggu setelah pengobatan klamidia untuk memastikan perkembangan penyakitnya.

Gejala Klamidia

Gejala klamidia biasanya muncul 1 hingga 2 minggu setelah infeksi. Namun, pada beberapa kasus, klamidia tidak menunjukkan gejala apa pun pada pengidapnya. Meski tanpa gejala, klamidia tetap bisa menular ke orang lain. Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala klamidia pada pria dan wanita bisa bervariasi. Berikut ini adalah penjelasannya:

Gejala klamidia pada wanita:

  • Keputihan yang sangat berbau
  • Rasa terbakar saat buang air kecil
  • Nyeri saat berhubungan seksual dan perdarahan setelahnya
  • Jika infeksi menyebar, dapat menyebabkan mual, demam, atau nyeri pada perut bagian bawah.

Gejala klamidia pada pria:

  • Keluar cairan dari penis
  • Penis terasa gatal atau terbakar
  • Sensasi terbakar saat buang air kecil
  • Nyeri atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar

Baik pada pria maupun wanita, klamidia yang menginfeksi anus dapat menimbulkan rasa nyeri, disertai keluarnya cairan atau darah yang mengalir dari anus.

Kapan harus ke dokter

Seseorang yang berisiko terkena klamidia, misalnya seseorang yang berganti-ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom, harus menjalani pemeriksaan klamidia. Skrining dilakukan setiap tahun untuk mendeteksi klamidia atau penyakit menular seksual lainnya.

Pasangan dari penderita klamidia juga harus diperiksa. Jika terinfeksi klamidia, penderita dan pasangan seksualnya harus segera diobati agar tidak menularkan penyakit tersebut kepada pasangannya kembali setelah sembuh.

Wanita hamil juga harus menjalani pemeriksaan untuk menghindari penularan klamidia kepada bayinya. Skrining dilakukan pada kunjungan kehamilan pertama dan pada trimester ketiga.

Jika hasil tes positif klamidia, ibu hamil harus dirawat oleh dokter kandungan dan kontrol dalam waktu 3 minggu dan 3 bulan setelah pengobatan.

Tiga bulan setelah pengobatan, semua penderita klamidia harus menjalani pemeriksaan ulang. Hal ini diperlukan karena penderita yang terinfeksi klamidia memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terinfeksi kembali.

Diagnosis Klamidia

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan riwayat hubungan seksualnya, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, terutama pada organ kelamin.

Untuk mendeteksi klamidia, dokter akan mengambil sampel urine(air kencing) dan sampel cairan dari organ kelamin pasien. Sampel cairan ini diambil dengan mengusap cotton bud pada organ kelamin. Selain di organ kelamin, pengusapan (swab) juga bisa dilakukan di tenggorokan atau dubur untuk mendeteksi bakteri Chlamydia.

Pengobatan Klamidia

Klamidia dapat diobati dengan antibiotik seperti azithromycin atau doxycycline. Pasien perlu minum antibiotik selama 7 hari, atau cukup dengan dosis tunggal sesuai anjuran dokter. Penting diingat, pasien tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai 7 hari setelah pengobatan selesai.

Ibu hamil yang menderita klamidia perlu segera diobati dengan antibiotik agar tidak menularkan penyakit ini ke janin dan bisa melahirkan secara normal. Pengobatan klamidia pada ibu hamil baru dimulai setelah diagnosis dipastikan lewat pemeriksaan laboratorium.

Jika ibu hamil tetap berisiko terkena klamidia, pemeriksaan ulang akan dilakukan pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya kembali positif, ibu hamil akan diobati lagi.

Jika ibu hamil masih menderita klamidia saat mendekati waktu persalinan, dokter akan menyarankan persalinan dengan operasi caesar untuk mengurangi risiko penularan klamidia pada bayi yang dilahirkan.

Komplikasi Klamidia

Klamidia dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada pria, wanita, dan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi.Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat klamidia:

Komplikasi pada Wanita Pada wanita, infeksi klamidia yang tidak diobati dapat menyebar ke rahim dan saluran telur (salpingitis), menyebabkan radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID). Radang panggul bisa menyebabkan kerusakan permanen pada sistem reproduksi wanita, mengakibatkan kemandulan, nyeri panggul berkepanjangan, dan kehamilan ektopik (di luar rahim). Wanita yang pernah terinfeksi klamidia lebih dari satu kali memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius pada organ reproduksi.

Komplikasi pada Pria Pada pria, klamidia biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius. Namun, bakteri klamidia dapat menginfeksi saluran sperma (epididimis), menyebabkan nyeri di testis dan perut bagian bawah, demam, dan kemandulan.

Komplikasi pada Ibu Hamil dan Janin Pada ibu hamil, klamidia dapat meningkatkan risiko ketuban pecah dini, yang dapat menyebabkan kelahiran prematur. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi klamidia cenderung memiliki berat badan lahir rendah dan berisiko terkena pneumonia serta trakhoma, yaitu infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan.

Pada pria dan wanita, infeksi klamidia juga dapat menyebabkan radang sendi reaktif (reactive arthritis), akibat reaksi tubuh terhadap infeksi. Klamidia yang tidak segera diobati juga meningkatkan risiko tertular penyakit gonore atau HIV/AIDS.

Mencegah Chlamydia

Pencegahan Chlamydia dapat dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual, menggunakan kondom yang benar saat berhubungan seks, dan melakukan tes chlamydia secara rutin. Orang yang berisiko terinfeksi klamidia sebaiknya melakukan pemeriksaan secara rutin agar penyakit ini dapat dideteksi dan diobati sejak dini untuk mencegah risiko penularan ke pasangan seksualnya. Penderita chlamydia ini sebaiknya menghindari hubungan seks sampai mendapat izin dari dokter untuk mencegah penularan penyakit ini ke pasangan seksualnya.

Beberapa kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi klamidia meliputi:

Ibu Hamil Ibu hamil perlu menjalani skrining klamidia di awal kehamilan dan pada trimester ketiga kehamilan.

Pekerja Seks Komersial dan Orang yang Suka Bergonta-ganti Pasangan Orang yang memiliki beberapa pasangan seksual atau sering bergonta-ganti pasangan perlu menjalani skrining klamidia setidaknya sekali dalam setahun.

Lelaki Seks Lelaki (LSL) dan Biseksual Kelompok LSL dan biseksual perlu menjalani skrining klamidia setidaknya sekali dalam setahun. Jika memiliki beberapa pasangan seksual, mereka perlu menjalani skrining lebih sering, yaitu setiap 3 atau 6 bulan sekali.

Kesimpulan

Klamidia adalah infeksi menular seksual yang sering tidak menunjukkan gejala pada awalnya, namun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kemandulan dan radang panggul jika tidak segera diobati. Penyakit ini dapat menyerang pria, wanita, dan bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi. Oleh karena itu, penting untuk tidak menyepelekan klamidia, melakukan pemeriksaan rutin, dan berkonsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran.

Daftar Pustaka

  1. Low, N., Hocking, J., & Bergen, J. (2021). The Changing Landscape of Chlamydia Control Strategies. The Lancet, 398(10309), pp. 1386–88.
  2. Marrazzo, J., & Dionne-Odom, J. (2021). Screening for Chlamydia and Gonorrhea. JAMA, 326(10), pp. 913–5.
  3. American Academy of Ophthalmology. (2022). Eye Health A–Z. What is Trachoma?
  4. American Pregnancy Association. (2021). Chlamydia During Pregnancy.
  5. American Sexual Health Association. (2022). Chlamydia.
  6. Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Chlamydia – Basic Fact Sheet.
  7. National Health Service UK. (2021). Health A to Z. Chlamydia.
  8. National Institute of Health. (2022). MedlinePlus. Chlamydia Infections.
  9. Mayo Clinic. (2022). Diseases & Conditions. Chlamydia Trachomatis.
  10. Nazario, B. (2020). Chlamydia. WebMD.
dr. Maria Alfiani Kusnowati
Author: dr. Maria Alfiani Kusnowati

Dokter Umum. Universitas Kristen Maranatha angkatan 2013. Internship di RSUD Waled dan Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon (2019). Bekerja di RS Bunda Pengharapan Merauke, Papua Selatan (2020-2023).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top