Dissociative Identity Disorder (DID), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder (MPD), adalah gangguan mental yang ditandai dengan keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas yang berbeda dalam satu individu. Setiap identitas memiliki pola pikir, ingatan, dan perilaku yang berbeda. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap mengenai DID, mulai dari definisi, gejala, penyebab, diagnosis, hingga pengobatan.
https://themindsjournal.com/dissociative-identity-disorder Kepribadian Ganda, Dissociative Identity Disorder (DID), Multiple Personality Disorder (MPD) |
Kepribadian Ganda/Dissociative Identity Disorder (DID), Bagaimana Itu bisa Terjadi?
Dissociative Identity Disorder (DID), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder (MPD), adalah gangguan mental yang ditandai dengan keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas yang berbeda dalam satu individu. Setiap identitas memiliki pola pikir, ingatan, dan perilaku yang berbeda. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap mengenai DID, mulai dari definisi, gejala, penyebab, diagnosis, hingga pengobatan.
Definisi Dissociative Identity Disorder
DID adalah gangguan disosiatif yang kompleks dimana seseorang mengalami fragmentasi identitas. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh trauma berat pada masa kanak-kanak, seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual yang berulang. Individu dengan DID biasanya memiliki satu identitas utama yang pasif dan identitas lainnya yang lebih aktif.
Penyebab Dissociative Identity Disorder
Dissociative Identity Disorder (DID), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder, adalah gangguan mental yang kompleks dan multifaktorial. Penyebab utama dari DID sering kali terkait dengan trauma berat yang dialami pada masa kanak-kanak, namun, ada berbagai faktor lain yang juga dapat berkontribusi. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai penyebab DID:
1. Trauma pada Masa Kanak-Kanak
Sebagian besar individu dengan DID memiliki riwayat trauma masa kanak-kanak yang parah, termasuk:
- Kekerasan Fisik: Pengalaman berulang dari kekerasan fisik oleh orang tua atau pengasuh.
- Kekerasan Seksual: Pelecehan atau kekerasan seksual yang berulang oleh anggota keluarga atau orang lain.
- Kekerasan Emosional: Pengabaian, penghinaan, atau ancaman yang berulang-ulang yang menyebabkan rasa takut dan ketidakamanan.
- Pengabaian atau Penelantaran: Kurangnya perhatian, dukungan, dan kasih sayang dari orang tua atau pengasuh.
Trauma ini sering kali terjadi pada masa kanak-kanak dini, periode perkembangan di mana individu sangat rentan dan sistem identitasnya masih berkembang.
2. Mekanisme Pertahanan Psikologis
DID dapat dianggap sebagai mekanisme pertahanan psikologis yang ekstrem. Ketika anak-anak mengalami trauma yang tak tertahankan, mereka mungkin menggunakan disosiasi sebagai cara untuk melindungi diri mereka dari rasa sakit emosional dan fisik. Disosiasi ini memungkinkan mereka untuk “memisahkan” diri dari pengalaman traumatis tersebut. Seiring waktu, mekanisme pertahanan ini dapat berkembang menjadi identitas yang terpisah sebagai cara untuk mengelola stres yang berkelanjutan dan mengatasi trauma.
3. Faktor Psikologis dan Biologis
Selain trauma, ada faktor psikologis dan biologis yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan DID:
- Faktor Genetik: Ada bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap disosiasi dan gangguan identitas.
- Faktor Neurologis: Perubahan dalam struktur dan fungsi otak, termasuk area yang terkait dengan memori, emosi, dan kontrol diri, telah diidentifikasi pada individu dengan DID.
- Faktor Lingkungan: Selain trauma, faktor lingkungan seperti stres yang berkelanjutan, perubahan mendadak dalam kehidupan (seperti kehilangan orang yang dicintai atau bencana alam), dan kurangnya dukungan sosial dapat memicu atau memperburuk gejala disosiatif.
4. Kurangnya Dukungan dan Keamanan
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak aman dan tidak mendukung lebih rentan terhadap perkembangan DID. Ketika anak-anak tidak memiliki figur orang tua atau pengasuh yang memberikan rasa aman dan kasih sayang, mereka mungkin lebih cenderung menggunakan disosiasi sebagai cara untuk mengatasi lingkungan yang bermusuhan.
5. Faktor-faktor Risiko Tambahan
Beberapa faktor tambahan yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami DID meliputi:
- Kekerasan Domestik: Hidup dalam lingkungan yang penuh kekerasan dan intimidasi.
- Bully dan Intimidasi: Pengalaman intimidasi yang parah dan berulang di sekolah atau lingkungan sosial.
- Kondisi Sosial Ekonomi yang Rendah: Keterbatasan akses terhadap dukungan psikologis dan sumber daya lainnya.
Gejala Dissociative Identity Disorder
Beberapa gejala umum DID meliputi:
- Amnesia: Kehilangan ingatan yang signifikan mengenai informasi pribadi, tidak dapat dijelaskan oleh lupa biasa.
- Kepribadian Ganda: Kehadiran dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda, yang mengambil alih perilaku individu secara bergantian.
- Depersonalisasi: Perasaan terlepas dari diri sendiri, seperti melihat diri sendiri dari luar tubuh.
- Derealitasasi: Merasa bahwa lingkungan sekitar tidak nyata atau seperti dalam mimpi.
- Perubahan Perilaku dan Emosi: Perubahan mendadak dalam perilaku, preferensi, dan suasana hati.
Definisi dan Kriteria Diagnostik DID Menurut DSM V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)
- Kehadiran Dua atau Lebih Identitas yang Berbeda atau Keadaan Kepribadian yang Berbeda:
- Ada dua atau lebih keadaan identitas yang berbeda yang mengambil alih perilaku individu secara bergantian.
- Deskripsi ini juga mencakup perubahan nyata dalam rasa identitas diri dan kesadaran diri, agen pribadi, dan kontrol perilaku.
- Identitas berbeda ini mungkin juga disebut sebagai “alter” dan dapat memiliki nama, usia, sejarah, dan karakteristik yang unik.
- Amnesia yang Berulang:
- Individu mengalami kesenjangan dalam ingatan yang terlalu ekstrem untuk dijelaskan oleh lupa biasa, termasuk tidak ingat informasi pribadi yang penting, kejadian sehari-hari, atau peristiwa traumatis.
- Amnesia ini sering kali terkait dengan tidak ingat kegiatan sehari-hari yang biasa seperti lupa apa yang telah dilakukan beberapa menit yang lalu atau tidak ingat peristiwa dari masa lalu.
- Distress atau Gangguan Signifikan dalam Fungsi:
- Gejala tersebut menyebabkan penderitaan yang signifikan atau mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari.
- Ini termasuk kesulitan dalam pekerjaan, sekolah, hubungan sosial, atau dalam area penting lainnya dalam kehidupan individu.
- Tidak Dijelaskan oleh Praktik Budaya atau Agama:
- Pengalaman identitas atau kepribadian yang terpisah bukan bagian dari praktik budaya atau keagamaan yang diterima.
- Pada anak-anak, gejala ini tidak dijelaskan oleh teman imajiner atau permainan berpura-pura yang khas.
- Bukan Akibat Penggunaan Zat atau Kondisi Medis Lain:
- Gejala tersebut bukan akibat dari efek fisiologis langsung dari substansi (seperti blackouts alkoholik) atau kondisi medis lain (seperti kejang kompleks parsial).
Pemahaman dan Pendekatan Terhadap DID
Pendekatan diagnostik yang digunakan DSM-5 membantu profesional kesehatan mental untuk mengenali dan menangani DID dengan lebih baik. Hal ini penting karena DID sering kali salah didiagnosis sebagai gangguan mental lainnya seperti gangguan kepribadian, PTSD, gangguan depresi, atau gangguan kecemasan. Pengobatan yang tepat sering kali melibatkan terapi psikologis yang intensif dan berfokus pada integrasi identitas yang berbeda serta penyembuhan trauma masa lalu.
Dissociative Identity Disorder adalah kondisi yang kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam untuk diagnosis dan pengobatan yang efektif. DSM-5 menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk membantu profesional kesehatan mental dalam mengenali dan mengobati DID, memastikan bahwa individu yang terkena dapat menerima dukungan dan perawatan yang mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat dan terintegrasi.
Diagnosis Dissociative Identity Disorder
Diagnosis DID dilakukan oleh profesional kesehatan mental melalui evaluasi menyeluruh yang mencakup:
- Wawancara Klinis: Pertanyaan mendalam mengenai riwayat hidup, gejala, dan pengalaman traumatis.
- Pemeriksaan Psikologis: Penggunaan tes-tes psikologis yang dirancang untuk mengidentifikasi kehadiran identitas ganda dan gejala disosiatif lainnya.
- Pengamatan Klinis: Mengamati perubahan perilaku dan tanda-tanda fisik lainnya yang mungkin menunjukkan peralihan identitas.
Pengobatan Dissociative Identity Disorder
Pemahaman yang mendalam mengenai penyebab DID sangat penting dalam konteks klinis untuk merancang intervensi yang tepat dan efektif. Terapi untuk DID biasanya berfokus pada integrasi identitas yang terpisah dan penyembuhan trauma masa lalu. Metode terapi yang umum digunakan meliputi:
- Psikoterapi Individu: Terapi berbasis trauma seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Dialectical Behavior Therapy (DBT).
- Terapi Kelompok: Sesi terapi yang melibatkan individu dengan pengalaman serupa untuk berbagi dan mendukung satu sama lain.
- Terapi Keluarga: Melibatkan anggota keluarga dalam proses terapi untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan memahami kondisi individu dengan DID.
Apakah Dissociative Identity Disorder Bisa Sembuh?
Dissociative Identity Disorder (DID) adalah gangguan mental yang kompleks, dan pertanyaan mengenai apakah kondisi ini bisa sembuh adalah pertanyaan yang penting. Pemahaman dan pendekatan terhadap penyembuhan DID memerlukan perspektif yang mendalam dan holistik.
Pemahaman tentang Penyembuhan DID
Penyembuhan dalam konteks DID sering kali tidak berarti hilangnya identitas terpisah secara tiba-tiba, melainkan lebih kepada mencapai integrasi yang lebih baik antara identitas yang berbeda dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Penyembuhan DID dapat dilihat dalam beberapa aspek berikut:
- Integrasi Identitas: Salah satu tujuan utama terapi adalah untuk mengintegrasikan identitas yang terpisah menjadi identitas yang lebih koheren dan terintegrasi. Ini berarti individu dapat menggabungkan aspek-aspek identitas yang terfragmentasi menjadi kesatuan yang lebih utuh.
- Pengelolaan Gejala: Terapi juga bertujuan untuk membantu individu mengelola gejala-gejala yang terkait dengan DID, seperti amnesia, perubahan identitas yang tiba-tiba, dan masalah perilaku lainnya. Pengelolaan gejala yang efektif dapat meningkatkan kemampuan individu untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.
- Peningkatan Kualitas Hidup: Meningkatkan kemampuan individu untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hubungan sosial, pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari, merupakan aspek penting dari penyembuhan.
Metode Pengobatan dan Pemulihan
- Psikoterapi:
-
- Terapi Berbasis Trauma: Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Dialectical Behavior Therapy (DBT), dan Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) sering digunakan untuk membantu individu mengatasi trauma yang mendasari DID.
- Terapi Integratif: Terapi yang bertujuan untuk mengintegrasikan identitas yang terpisah melalui pendekatan yang holistik dan berfokus pada penyembuhan trauma.
- Dukungan Sosial:
-
- Kelompok Dukungan: Bergabung dengan kelompok dukungan dapat membantu individu merasa lebih diterima dan dipahami, serta mendapatkan dukungan dari orang lain yang memiliki pengalaman serupa.
- Dukungan Keluarga: Keterlibatan dan dukungan dari keluarga juga sangat penting dalam proses pemulihan.
- Pendekatan Multidisiplin:
-
- Kolaborasi Profesional: Pengobatan DID sering melibatkan tim multidisiplin yang terdiri dari psikolog, psikiater, terapis, dan pekerja sosial untuk memberikan dukungan yang komprehensif.
- Pendekatan Medis: Meskipun tidak ada obat khusus untuk DID, pengobatan farmakologis untuk mengelola gejala tambahan seperti depresi atau kecemasan mungkin diresepkan.
- Self-Care dan Strategi Coping:
-
- Teknik Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dapat membantu individu mengelola stres dan mengurangi gejala disosiatif.
- Jurnal atau Penulisan: Mendorong individu untuk menulis tentang pengalaman mereka sebagai cara untuk memproses emosi dan ingatan yang mungkin terpecah-pecah.
Tantangan dalam Penyembuhan DID
- Durasi Pengobatan: Pengobatan DID sering kali memerlukan waktu yang lama dan komitmen jangka panjang. Proses terapi bisa berlangsung bertahun-tahun dan membutuhkan kesabaran dari individu dan terapis.
- Stigma dan Misunderstanding: Stigma yang terkait dengan DID dan kurangnya pemahaman di masyarakat dapat menjadi hambatan dalam proses penyembuhan. Mendapatkan dukungan yang memadai dan menghindari lingkungan yang penuh stigma adalah penting.
- Kompleksitas Gejala: Mengelola dan mengintegrasikan identitas yang berbeda dapat menjadi sangat kompleks dan menantang. Setiap identitas mungkin memiliki ingatan, emosi, dan perilaku yang sangat berbeda.
Meskipun DID adalah gangguan yang sangat kompleks dan pengobatan sering kali memerlukan waktu yang lama, banyak individu yang mengalami peningkatan signifikan dalam kualitas hidup mereka melalui terapi yang tepat. Penyembuhan DID lebih mungkin dicapai melalui integrasi identitas yang lebih baik, pengelolaan gejala yang efektif, dan peningkatan fungsi sehari-hari.
Pentingnya Dukungan dan Pemahaman
Dissociative Identity Disorder adalah gangguan yang kompleks dengan berbagai penyebab yang saling berinteraksi, terutama trauma masa kanak-kanak yang berat. Pemahaman yang mendalam mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan DID sangat penting untuk diagnosis yang tepat dan pengobatan yang efektif. Dengan terapi yang tepat dan dukungan yang memadai, individu dengan DID dapat mengelola gejalanya dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting dalam proses pemulihan individu dengan DID. Edukasi mengenai kondisi ini dapat membantu mengurangi stigma dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada mereka yang terdampak.
Kesimpulan
Dissociative Identity Disorder adalah gangguan yang kompleks dan sering kali disalahpahami. Pemahaman yang lebih baik mengenai gejala, penyebab, dan metode pengobatan dapat membantu individu yang terkena dan mereka yang ada di sekitarnya untuk mengelola kondisi ini dengan lebih efektif. Dukungan emosional dan profesional yang memadai sangat penting dalam proses pemulihan.
Dengan pemahaman yang lebih baik dan dukungan yang memadai, individu dengan DID dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih sehat.
Baca Juga : Menyelami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), Pentingnya Memelihara Kesehatan Mental di Era Modern
Daftar Pustaka
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
- Putnam, F. W. (1997). Dissociation in Children and Adolescents: A Developmental Perspective. New York: The Guilford Press.
- Ross, C. A. (1997). Dissociative Identity Disorder: Diagnosis, Clinical Features, and Treatment of Multiple Personality. New York: John Wiley & Sons.
- Brand, B. L., & Loewenstein, R. J. (2010). “Dissociative Disorders: An Overview of Assessment, Phenomenology, and Treatment”. Psychiatric Clinics of North America, 33(3), 525-546.
- International Society for the Study of Trauma and Dissociation. (2011). Guidelines for Treating Dissociative Identity Disorder in Adults, Third Revision. Journal of Trauma & Dissociation, 12(2), 115-187.