Tantrum adalah saat seorang anak menunjukkan ledakan emosi dan kemarahannya yang tidak terkendali, yang bisa muncul dalam berbagai bentuk. Setiap anak bisa mengalami tantrum dengan cara yang berbeda-beda. Orang tua mungkin melihat anak mereka berteriak, memukul, melemparkan barang, muntah, melukai diri sendiri atau orang lain, atau bahkan mengkakukan tubuh sebagai bentuk ekspresi emosi mereka.
Penyebab Tantrum
Tantrum sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahap ini, anak masih dalam tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa. Kemampuan berbahasa mereka belum banyak berkembang, dan kosakata yang mereka ketahui masih terbatas, sehingga mereka belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan mereka dengan baik. Akibatnya, mereka menjadi frustrasi dan kecewa.
Tantrum menjadi cara anak untuk mengekspresikan diri dan mengungkapkan perasaan mereka, berusaha mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka atau mendapatkan apa yang mereka inginkan. Anak yang lebih besar juga bisa mengalami tantrum jika mereka belum belajar cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan mereka.
Sebuah penelitian pada 2007 yang dipublikasikan di The Journal of Pediatrics menemukan bahwa 70 persen anak berusia 18-24 bulan mengalami tantrum. Tantrum ini tidak langsung hilang pada usia 2 tahun. Beberapa peneliti menemukan bahwa insiden tantrum tertinggi terjadi pada rentang usia 3-5 tahun, dan sekitar 75 persen anak prasekolah masih mengalami tantrum.
Gejala Tantrum
Tantrum berbeda dari rasa sedih dan kecewa biasa. Anak yang mengalami tantrum menggunakan seluruh energi mereka untuk meluapkan emosi. Biasanya, luapan emosi ini ditunjukkan dengan melakukan beberapa hal berikut:
- Merengek
- Menangis
- Berteriak
- Menendang dan memukul
- Menahan napas
- Mendorong sesuatu
- Menggigit sesuatu
- Menjadi lemas
- Melempar barang
- Meronta-ronta
- Menjatuhkan tubuh ke lantai
- Menginjak-injak
- Tubuh terpaku tidak mau bergerak
- Berlari-lari
Dalam menghadapi tantrum, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa ini adalah bagian dari perkembangan anak. Dengan memahami penyebab dan gejalanya, orang tua dapat lebih sabar dan membantu anak mereka mengelola emosi dengan cara yang lebih sehat.
Tipe Tantrum
Secara umum, ada dua tipe tantrum pada anak, yaitu tantrum mengamuk dan tantrum manipulatif. Mari kita bahas perbedaannya.
Tantrum Manipulatif
Tantrum manipulatif terjadi ketika anak tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Ini adalah cara anak untuk memaksa orang lain memenuhi keinginannya. Tantrum ini biasanya muncul karena penolakan terhadap permintaan anak. Namun, tidak semua anak mengalami tantrum manipulatif.
Untuk mengatasi tantrum manipulatif, orang tua bisa melakukan beberapa hal. Pertama, tenangkan anak dengan membawanya ke tempat yang lebih tenang. Pantau dan awasi anak, biarkan ia meluapkan emosinya. Orang tua juga harus tetap tenang agar dapat memberikan contoh yang baik. Setelah anak tenang, jelaskan dengan kata-kata yang mudah dimengerti bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima. Ajarkan anak cara yang baik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Jika tantrum manipulatif terus berlanjut, salah satu cara terbaik untuk menguranginya adalah dengan mengabaikan perilaku tersebut, menurut laman Kids Health. Ajak anak melakukan kegiatan lain yang menyenangkan.
Tantrum Frustrasi
Tantrum frustrasi terjadi ketika anak merasa kesulitan mengekspresikan dirinya. Anak berusia 18 bulan rentan mengalami tantrum ini karena mereka belum bisa mengatakan atau mengekspresikan apa yang dirasakannya dengan baik. Selain itu, faktor seperti kelelahan, kelaparan, atau kegagalan dalam melakukan sesuatu juga bisa memicu tantrum frustrasi.
Untuk mengatasi tantrum frustrasi, orang tua bisa melakukan beberapa langkah. Dekati anak dan buatlah ia tenang. Bantu anak menyelesaikan apa yang tidak bisa ia lakukan. Setelah anak tenang dan berhasil, jelaskan bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik dan ajarkan anak untuk meminta pertolongan kepada orang tua, keluarga, atau teman saat ia kesulitan.
Cara Mengatasi Anak Tantrum
Mengerti tipe tantrum dan psikologi anak bisa membantu bunda menangani situasi dengan lebih baik. Berikut beberapa cara yang dapat digunakan:
1. Bawa Anak ke Tempat yang Tenang
Ketika anak mulai tantrum, coba bawa ke tempat yang tenang. Jika di rumah, bisa ke kamar tidurnya atau kamar bunda. Di tempat umum, carilah sudut yang sepi. Biarkan anak berada di tempat itu selama satu hingga lima menit untuk meredakan emosinya.
2. Diamkan Anak Sejenak
Cara lain adalah dengan mendiamkannya sejenak, seolah tidak terjadi apa-apa. Metode ini efektif jika anak tantrum untuk mencari perhatian. Setelah anak tenang, tegur dengan lembut bahwa perilakunya tidak baik, jelaskan alasannya, dan ajari bagaimana bersikap jika ingin meminta sesuatu. Jika anak merengek sambil memukul atau melempar barang, singkirkan barang-barang berbahaya di sekitarnya dan tunggu sampai kemarahannya reda.
3. Mengalihkan Perhatian Anak
Anak yang tantrum biasanya fokus pada emosinya. Alihkan perhatiannya dengan mengajaknya melakukan aktivitas yang disukai, seperti bermain bola, membaca buku, menggambar, atau bernyanyi. Saat bermain, berikan pengertian bahwa cara anak mengekspresikan emosinya tidak baik, jelaskan alasannya, dan berikan solusi.
4. Buat Anak Merasa Nyaman
Kadang, cara terbaik menenangkan anak adalah dengan membuatnya merasa nyaman. Berikan pelukan dan ajak berbicara dengan tenang, tanpa memenuhi keinginannya. Ini akan membantu anak tenang perlahan.
5. Validasi Perasaan Anak
Ketika anak merengek, akui perasaannya. Validasi bukan berarti membenarkan keinginannya, tapi menunjukkan bahwa bunda memahami maksudnya. Setelah itu, beri pengertian kenapa keinginannya tidak bisa dipenuhi. Misalnya:
- “Mama mengerti kamu ingin makan permen, tapi terlalu banyak makan permen bisa merusak kesehatan dan gigi.”
- “Mama mengerti kamu sedang marah dan ingin pergi ke tempat bermain, tapi sekarang mama sedang lelah dan butuh istirahat, lain kali kalau ada waktu kita pergi yaa!”
Pencegahan Tantrum
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah tantrum, beberapa langkah dapat membantu mendorong perilaku baik dan mencegah tantrum berlanjut:
1. Jadwal Rutinitas
Tetapkan rutinitas harian agar anak tahu apa yang harus dilakukan, termasuk waktu makan dan waktu tidur. Kelaparan dan kelelahan bisa memicu tantrum.
2. Biarkan Anak Membuat Pilihan untuk dirinya dan keinginannya sendiri
Hindari selalu mengatakan tidak untuk setiap pilihan atau keputusan anak. Berikan anak pilihan untuk memberi mereka rasa aman dan control atas keinginannya. Misalnya, “Mau pakai baju hijau atau kuning?” atau “Mau makan jeruk atau apel?” “Mau menggambar atau membaca?” dan pilihan-pilhan dasar lainnya. Dengan begitu anak akan merasa didengarkan dan dihargai atas keinginan dan pilihannya.
3. Puji Anak saat Berperilaku Baik
Beri pujian, pelukan atau ungkapkan rasa bangga ketika anak berperilaku baik dan dapat mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan emosinya dengan cara yang benar.
4. Konsisten Memberi Tahu Perilaku yang Merugikan
Anak mungkin memukul-mukul diri sendiri, orang disekitar atau bahkan melempar barang saat tantrum. Ingatkan bahwa perilaku itu berbahaya yang dapat melukai diri sendiri dan orang lain. Memberi pengertian secara konsisten serta memberi tahu hal tersebut berulang kali agar anak tidak melakukannya dikemudian hari.
5. Buat Anak Merasa Dicintai
Terkadang, anak tantrum karena mereka sensitif atau merasa kurang mendapat perhatian. Maka dari itu, orang tua bisa menjalin kedekatan lebih dengan anak saat mereka tidak tantrum. Dengan cara menyempatkan waktu untuk memiliki quality time bersama dengan anak, mengobrol, membaca buku, atau aktivitas menarik lainnya yang bisa dilakukan bersama.
6. Beri Contoh
Anak akan meneladani perilaku orang tua dan orang-orang disekitarnya. Karena itu penting untuk berhati-hati dan menjaga sikap terutama di depan anak ya, orang tua dan keluarga bisa mengajarkan dan memberi contoh bagaimana cara menghadapi masalah dengan tenang. Apabila orang-orang disekelilingnya memperlihatkan ketenangan saat menghadapi sebuah masalah, secara tidak sadar anak akan meniru perilaku tersebut.
Kesimpulan
Tantrum pada anak memang bisa merepotkan, tetapi peran orang tua sangat penting dalam membantu perkembangan dan karakter anak. Hindari tindakan kekerasan saat menenangkan anak agar mereka merasa dihargai. Ingat, orang tua adalah panutan bagi anak, jadi tunjukkan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran.
Daftar Pustaka
The Journal of Pediatrics. (2022). Temper tantrums in healthy versus depressed and disruptive preschoolers: Defining tantrum behaviors associated with clinical problems. Diakses dari The Journal of Pediatrics
Kids Health. (2022). Temper tantrums. Diakses dari Kids Health
Mayo Clinic. (2022). Temper tantrums in toddlers. Diakses dari Mayo Clinic
National Health Service UK. (2022). Temper tantrums. Diakses dari NHS
Very Well Family. (2022). What is a tantrum. Diakses dari Very Well Family
MedlinePlus. (2023). Temper tantrums. Diakses dari MedlinePlus
Van den Akker, A. L., Hoffenaar, P., & Overbeek, G. (2022). Temper tantrums in toddlers and preschoolers: Longitudinal associations with adjustment problems. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 43(7), 409-417.
Positive Parenting Solutions. (2023). Two types of tantrums: How to tell the difference. Diakses dari Positive Parenting Solutions
Mayo Clinic. (2022). Infant and toddler health. Diakses dari Mayo Clinic
Dr. Greene.com. (2022). Tantrums: A-to-Z guide from diagnosis to treatment to prevention. Diakses dari Dr. Greene
Healthline. (2022). Temper tantrums. Diakses dari Healthline
Very Well Family. (2022). What is a tantrum. Diakses dari Very Well Family
Halodoc. (2022). Kenali jenis tantrum yang sering dilakukan anak. Diakses dari Halodoc
Mitra Keluarga. (2022). Cara mengatasi tantrum. Diakses dari Mitra Keluarga
Halodoc. (2022). Tantrum. Diakses dari Halodoc