Cacar Variola (Smallpox): Sejarah Pemberantasan Penyakit yang Mengubah Dunia

Smallpox, Variola, Cacar

Smallpox, Variola, Cacar

Cacar atau variola adalah salah satu penyakit paling mematikan dalam sejarah manusia. Penyebaran cacar telah mempengaruhi sejarah dunia selama ribuan tahun, menyebabkan epidemi yang luas dan mematikan di berbagai belahan dunia. Penyakit ini telah menyebabkan jutaan kematian selama ribuan tahun sebelum akhirnya diberantas pada abad ke-20. 

Sejarah Cacar

Pada abad ke-20, cacar menyebabkan sekitar 300-500 juta kematian sebelum akhirnya diberantas melalui program vaksinasi global yang dipimpin oleh WHO. Penyakit ini disebabkan oleh virus variola dan telah ada selama ribuan tahun, meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah umat manusia. Berikut adalah perjalanan sejarah cacar dari zaman kuno hingga pemberantasan globalnya.

Asal-Usul dan Penyebaran Awal
  • Mesir Kuno: Bukti pertama cacar ditemukan pada mumi Ramses V, yang meninggal pada tahun 1157 SM. Lesi cacar yang khas ditemukan pada mumi ini, menunjukkan bahwa penyakit ini sudah ada lebih dari 3000 tahun yang lalu.
  • Asia dan India: Cacar menyebar dari Mesir ke Asia dan India. Di India, teks medis kuno dari abad ke-2 dan ke-3 Masehi menyebutkan penyakit yang mirip dengan cacar.
Penyebaran ke Eropa dan Amerika
  • Abad Pertengahan Eropa: Cacar menjadi endemik di Eropa pada Abad Pertengahan, sering menyebabkan epidemi dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyakit ini terutama mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa muda.
  • Penaklukan Dunia Baru: Penyebaran cacar ke Amerika terjadi melalui penjelajah dan penakluk Eropa pada abad ke-16. Penyakit ini menghancurkan populasi asli Amerika yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.
Upaya Awal untuk Mengendalikan Cacar
  • Variolasi: Metode awal untuk mengendalikan cacar adalah variolasi, yang melibatkan inokulasi material dari lesi cacar orang yang terinfeksi ke individu yang sehat. Meskipun berisiko, variolasi mengurangi tingkat kematian secara signifikan.
  • Vaksinasi Jenner: Pada tahun 1796, Edward Jenner mengembangkan vaksin cacar menggunakan virus cowpox, yang lebih ringan namun memberikan kekebalan terhadap cacar. Penemuan ini menandai awal era vaksinasi modern.
Abad ke-19 dan ke-20: Penyebaran Vaksinasi
  • Vaksinasi di Seluruh Dunia: Vaksin cacar Jenner menyebar ke seluruh dunia, dengan berbagai negara mengadopsi vaksinasi sebagai metode utama untuk mengendalikan cacar.
  • Peningkatan Teknologi Vaksin: Selama abad ke-19 dan ke-20, teknologi vaksin terus berkembang, meningkatkan efektivitas dan keamanan vaksin cacar.

Penularan dan Gejala

Cara Penularan Cacar

Cacar (smallpox) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus variola, yang artinya dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain. Penularan terjadi melalui beberapa cara utama:

Penularan Melalui Kontak Langsung

Salah satu cara utama penyebaran virus cacar adalah melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Jika seseorang menyentuh cairan dari lepuhan yang ada di kulit penderita cacar, mereka bisa tertular virus. Selain itu, barang-barang yang sudah terkontaminasi, seperti pakaian, selimut, atau handuk yang digunakan oleh penderita, juga bisa menjadi sumber penularan.

Penularan melalui Droplet Air Liur

Virus cacar juga dapat menyebar melalui droplet atau percikan air liur yang dikeluarkan saat penderita berbicara, batuk, atau bersin. Droplet ini bisa terhirup oleh orang lain yang berada di dekatnya, dan menyebabkan infeksi. Penularan melalui droplet ini membuat cacar sangat mudah menyebar, terutama di ruangan tertutup dengan banyak orang, seperti rumah, sekolah, atau tempat kerja.

Risiko Penularan di Lingkungan Tertentu

Beberapa lingkungan memiliki risiko penularan cacar yang lebih tinggi, terutama tempat-tempat dengan sanitasi yang buruk atau populasi yang padat. Misalnya, penularan virus cacar lebih cepat terjadi di daerah yang kumuh atau di kamp pengungsi, di mana banyak orang tinggal dalam kondisi yang padat dan tidak bersih. Selain itu, sebelum pemberantasan cacar, rumah sakit juga menjadi tempat yang berisiko tinggi untuk penularan, karena pasien dengan gejala yang belum dikenali bisa menularkan virus ke pasien lain atau tenaga kesehatan.

Gejala Cacar (Smallpox)

Cacar atau smallpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Variola. Virus ini terdiri dari dua jenis, yaitu Variola major dan Variola minor. Variola major adalah bentuk yang lebih parah dengan tingkat kematian hingga 30%, sedangkan Variola minor lebih ringan dengan angka kematian kurang dari 1%.

Karakteristik

Variola Major

Variola Minor

Demam

Demam tinggi yang mendadak muncul sekitar 10-14 hari setelah terpapar.

Demam lebih ringan dibandingkan dengan variola major.

Nyeri Otot dan Tubuh

Nyeri otot yang parah dan sakit kepala.

Nyeri otot dan tubuh lebih ringan dibandingkan variola major.

Lesi Kulit

Munculnya ruam yang berkembang menjadi lesi berisi cairan dan nanah, yang akhirnya mengering dan membentuk kerak. Lesi biasanya lebih banyak dan lebih besar.

Lesi yang muncul lebih sedikit dan lebih kecil dibandingkan dengan variola major.

Bekas Luka

Bekas luka permanen sering kali tertinggal setelah lesi mengering dan rontok, kadang menyebabkan cacat tubuh.

Bekas luka yang ditinggalkan biasanya lebih ringan dibandingkan variola major.

Tingkat Kematian

Tingkat kematian hingga 30%.

Tingkat kematian kurang dari 1%.

Gejala cacar biasanya berkembang secara bertahap dan terdiri dari beberapa tahap yang bisa sangat menyakitkan dan mengganggu. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang gejala-gejala cacar:

Gejala Awal Cacar: Demam dan Kelelahan

Pada awalnya, setelah seseorang terinfeksi virus cacar, mereka mungkin tidak langsung merasa sakit. Masa inkubasi, yaitu waktu antara paparan virus dan munculnya gejala, biasanya berlangsung selama 10 hingga 14 hari. Ketika gejala mulai muncul, gejala awal yang dirasakan mirip dengan flu. Ini termasuk demam tinggi, sakit kepala, nyeri punggung, dan kelelahan ekstrem. Selain itu, beberapa orang juga mengalami muntah. Gejala-gejala ini adalah tanda bahwa tubuh sedang berjuang melawan virus.

Perkembangan Gejala: Ruam dan Lesi Kulit

Setelah gejala awal, biasanya dalam beberapa hari, muncul ruam merah kecil yang pertama kali terlihat di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lain seperti lengan, kaki, dan akhirnya ke seluruh tubuh. Ruam ini kemudian berkembang menjadi benjolan yang berisi cairan atau nanah. Benjolan ini berubah menjadi lepuhan yang sangat menyakitkan, dan akhirnya mengeras menjadi keropeng. Tahap ini sangat berbahaya karena lepuhan yang pecah dapat menularkan virus ke orang lain.

Tahapan Penyakit dari Infeksi Hingga Penyembuhan

Setelah ruam muncul, penyakit ini melalui beberapa tahap. Pada tahap pertama, ruam merah berubah menjadi benjolan yang berisi cairan. Pada tahap kedua, benjolan ini pecah dan menjadi luka terbuka. Pada tahap ketiga, luka ini mulai mengering dan menjadi keropeng. Proses penyembuhan bisa memakan waktu berminggu-minggu, dan sering kali meninggalkan bekas luka permanen, terutama pada wajah. Selama tahap ini, penderita masih sangat menular, sehingga isolasi sangat penting untuk mencegah penyebaran virus.

Diagnosis Cacar

Mendiagnosis cacar memerlukan pemeriksaan menyeluruh karena gejalanya bisa mirip dengan beberapa penyakit lain. Namun, ada beberapa langkah penting yang dilakukan oleh tenaga medis untuk memastikan apakah seseorang terkena cacar:

Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium

Langkah pertama dalam mendiagnosis cacar adalah pemeriksaan klinis oleh dokter. Ini berarti dokter akan memeriksa gejala-gejala fisik yang dialami pasien, terutama ruam dan lesi kulit khas cacar. Jika pasien memiliki riwayat kontak dengan orang yang diduga menderita cacar atau baru-baru ini berada di daerah dengan wabah, ini juga menjadi petunjuk penting.

Setelah pemeriksaan klinis, diagnosis bisa dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Sampel dari cairan dalam lesi kulit pasien akan diambil dan diuji di laboratorium untuk melihat apakah terdapat virus Variola, penyebab cacar. Pemeriksaan laboratorium ini sangat penting karena memastikan diagnosis cacar dengan pasti.

Pemeriksaan yang Dilakukan saat Wabah di Masa Lalu

Di masa lalu, saat wabah cacar masih sering terjadi, dokter biasanya mengenali cacar berdasarkan karakteristik lesi kulit yang sangat khas. Lesi cacar memiliki bentuk dan perkembangan yang berbeda dari penyakit lain, sehingga dokter dapat mengidentifikasinya dengan cukup mudah. Pada masa tersebut, teknologi laboratorium belum secanggih sekarang, sehingga diagnosis banyak bergantung pada pengalaman klinis dokter.

Metode Deteksi Antibodi dan PCR

Saat ini, teknologi telah berkembang pesat, dan metode deteksi modern seperti tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat digunakan untuk mendeteksi cacar. Tes PCR ini sangat akurat karena dapat mendeteksi DNA virus Variola langsung dari sampel pasien. Selain itu, ada juga tes serologi yang mendeteksi antibodi—zat yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan infeksi. Jika seseorang terinfeksi cacar, tubuhnya akan memproduksi antibodi khusus untuk melawan virus tersebut, dan ini bisa diidentifikasi melalui tes darah.

Pengobatan Cacar

Saat ini, cacar sudah tidak lagi menjadi ancaman kesehatan global karena penyakit ini telah diberantas. Namun, jika suatu saat cacar muncul kembali, pengobatan yang efektif sangat penting untuk membantu pasien pulih dan mencegah penyebaran virus. Berikut penjelasan tentang bagaimana cacar diobati:

Pengobatan Simptomatik

Pengobatan cacar pada dasarnya bersifat simptomatik, artinya pengobatan lebih fokus untuk meredakan gejala yang dialami pasien. Karena tidak ada obat spesifik yang dapat langsung menyembuhkan cacar, langkah utama adalah menjaga pasien tetap nyaman dan terhidrasi. Contoh pengobatan simptomatik meliputi pemberian obat penurun demam untuk mengurangi demam tinggi dan perawatan luka untuk menghindari infeksi pada lesi kulit. Mandi air hangat atau penggunaan losion tertentu juga bisa membantu meredakan rasa gatal.

Obat-Obatan yang Digunakan saat Wabah di Masa Lalu

Pada masa lalu, pengobatan cacar lebih terbatas. Tidak ada obat antivirus khusus untuk cacar, sehingga fokus pengobatan adalah mengatasi komplikasi yang mungkin timbul, seperti infeksi bakteri sekunder. Antibiotik mungkin diberikan jika terjadi infeksi bakteri pada luka kulit, tetapi obat ini tidak akan membunuh virus cacar itu sendiri. Perawatan yang tepat dan cepat sangat penting, terutama di rumah sakit, untuk mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.

Penggunaan Antivirus dan Obat-obatan Modern

Setelah cacar diberantas, beberapa obat antivirus mulai dikembangkan sebagai langkah pencegahan jika cacar muncul kembali. Salah satu obat yang sekarang tersedia adalah Tecovirimat, yang dirancang untuk melawan virus Variola. Obat ini bekerja dengan menghentikan replikasi virus, sehingga membantu mengurangi keparahan penyakit. Namun, karena cacar telah diberantas, penggunaan antivirus ini sangat terbatas dan biasanya hanya disiapkan untuk kondisi darurat atau penelitian.

Perawatan di Rumah Sakit dan Isolasi Pasien

Pasien cacar biasanya dirawat di rumah sakit, terutama jika gejalanya parah atau jika ada risiko menyebarkan penyakit ke orang lain. Isolasi sangat penting untuk mencegah penularan virus ke orang lain. Pasien akan ditempatkan di ruang isolasi khusus, dan staf medis yang merawat akan menggunakan perlengkapan pelindung diri seperti masker dan sarung tangan untuk mencegah infeksi.

Perawatan di rumah sakit juga meliputi pemantauan kondisi pasien secara berkala, memastikan bahwa mereka mendapatkan cairan yang cukup, serta merawat luka-luka kulit agar tidak terinfeksi. Jika ada komplikasi seperti infeksi paru-paru (pneumonia) atau dehidrasi, langkah-langkah medis yang lebih intensif mungkin diperlukan.

Dengan kemajuan dalam perawatan medis dan isolasi yang ketat, penanganan cacar di masa kini lebih efektif dibandingkan dengan masa lalu, meskipun penyakit ini sudah tidak lagi menjadi ancaman berkat pemberantasan globalnya.

Upaya Pemberantasan

Pemberantasan cacar adalah salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah kesehatan masyarakat. Upaya ini dipelopori oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui program yang disebut Intensified Smallpox Eradication Program yang dimulai pada tahun 1967. Strategi yang digunakan meliputi:

  1. Vaksinasi Massal: Menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh Edward Jenner pada akhir abad ke-18 dan disempurnakan sepanjang abad ke-20.
  2. Pengawasan dan Pelaporan: Mengidentifikasi dan melaporkan setiap kasus cacar untuk segera diisolasi.
  3. Strategi Cincin Vaksinasi: Memvaksinasi orang-orang yang berada di sekitar kasus yang teridentifikasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Pada tahun 1977, kasus cacar alami terakhir dilaporkan di Somalia, dan pada 8 Mei 1980, WHO secara resmi menyatakan bahwa cacar telah diberantas.

Vaksinasi sebagai Tindakan Pencegahan

Vaksinasi merupakan metode paling efektif untuk mencegah cacar. Vaksin cacar, yang dikenal sebagai vaccinia, pertama kali dikembangkan oleh Edward Jenner pada akhir abad ke-18 dan menjadi alat utama dalam pemberantasan cacar secara global. Vaksin ini berasal dari virus cowpox, yang memiliki kemiripan dengan virus cacar tetapi jauh lebih lemah, bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk perlindungan imun yang kuat. Sehingga jika seseorang terpapar virus cacar, tubuhnya siap melawan infeksi tersebut tanpa menyebabkan penyakit yang parah.

Berbeda dari vaksin modern lainnya, vaksin cacar diberikan dengan teknik khusus. Dosis kecil vaksin dioleskan pada kulit, kemudian ditusukkan dengan jarum kecil untuk memastikan vaksin tersebut masuk ke tubuh. Setelah vaksinasi, biasanya akan terbentuk bekas luka kecil di lokasi suntikan, yang menandakan bahwa vaksin telah berhasil bekerja.

Saat ini, vaksin cacar tidak lagi diberikan kepada masyarakat umum karena penyakit ini telah diberantas. Namun, vaksin ini masih disimpan oleh beberapa negara untuk keadaan darurat, misalnya jika terjadi serangan bioterorisme menggunakan virus Variola.

Langkah Pencegahan bagi Orang yang Terpapar Virus

Jika seseorang terpapar virus cacar, pemberian vaksinasi segera setelah terpapar masih bisa efektif untuk mencegah perkembangan penyakit. Selain itu, isolasi cepat terhadap individu yang terinfeksi sangat penting untuk mencegah penularan. Selama wabah cacar, mengisolasi pasien yang terinfeksi menjadi langkah krusial untuk menghentikan penyebaran virus. Mengingat virus cacar dapat menyebar dengan cepat, karantina bagi mereka yang telah terpapar juga sangat penting. Kombinasi antara langkah-langkah isolasi, karantina, dan vaksinasi terbukti berhasil mengendalikan serta akhirnya memberantas cacar. Lingkungan yang terkontaminasi juga harus segera dibersihkan dan didisinfeksi untuk memastikan tidak ada penyebaran lebih lanjut.

Bagi petugas kesehatan atau orang yang harus berhadapan dengan virus, penggunaan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung sangat penting. Ini membantu mencegah kontak langsung dengan cairan tubuh atau droplet yang mengandung virus.

Peningkatan Kesadaran dan Edukasi

Selain vaksinasi, edukasi tentang cara penularan dan gejala cacar juga menjadi kunci penting dalam pencegahan. Masyarakat perlu mengetahui bahwa cacar menular melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau barang-barang yang telah terkontaminasi. Dengan pemahaman ini, masyarakat bisa mengambil langkah-langkah pencegahan seperti menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan orang yang menunjukkan gejala penyakit.

Dampak Cacar Terhadap Kesehatan Global

Cacar memiliki sejarah panjang sebagai salah satu penyakit paling mematikan yang pernah ada. Dampaknya terhadap kesehatan global sangat besar sebelum akhirnya berhasil diberantas. Berikut adalah beberapa dampaknya:

Morbiditas dan Mortalitas Akibat Cacar

Cacar adalah salah satu penyakit yang paling mematikan dalam sejarah manusia. Sebelum ditemukan vaksin, cacar menewaskan sekitar 30% dari mereka yang terinfeksi, dan banyak orang yang selamat mengalami bekas luka yang parah, terutama di wajah, serta komplikasi serius lainnya seperti kebutaan. Penyakit ini tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga mental dan sosial, karena bekas luka yang ditinggalkan bisa menyebabkan stigma bagi para penyintas.

Cacar juga menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi pada anak-anak. Sebelum vaksinasi, wabah cacar bisa dengan cepat menyebar dan menyebabkan ribuan kematian dalam waktu singkat di berbagai belahan dunia, termasuk di Asia, Eropa, dan Amerika.

Upaya WHO dalam Memerangi Cacar

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memainkan peran penting dalam memimpin kampanye global untuk memberantas cacar. Pada tahun 1967, WHO meluncurkan program pemberantasan cacar secara global yang melibatkan vaksinasi massal dan pengawasan ketat. Tim medis dikerahkan ke berbagai negara untuk memberikan vaksin, memantau kasus cacar baru, dan memastikan bahwa wabah segera diisolasi.

Kerja sama internasional ini sangat penting, karena cacar menyebar dengan sangat cepat di seluruh dunia. Melalui koordinasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat global, WHO akhirnya berhasil mencapai tujuannya untuk memberantas cacar dalam waktu yang relatif singkat.

Pemberantasan Cacar Secara Global pada Tahun 1980

Pada 8 Mei 1980, WHO secara resmi mengumumkan bahwa cacar telah diberantas secara global. Ini adalah pencapaian besar dalam sejarah kesehatan manusia dan menjadi satu-satunya penyakit manusia yang berhasil dihilangkan sepenuhnya melalui upaya vaksinasi.

Pemberantasan cacar merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Berkat vaksinasi dan kerja sama global, jutaan nyawa berhasil diselamatkan, dan dunia bebas dari ancaman penyakit yang sangat mematikan ini. Hingga saat ini, cacar tetap menjadi contoh sukses bagaimana upaya vaksinasi dan pencegahan dapat mengakhiri penyebaran penyakit menular.

Warisan dan Pentingnya Pemberantasan Cacar

Pemberantasan cacar adalah bukti nyata dari keberhasilan vaksinasi dan kerja sama internasional. Keberhasilan ini telah memberikan pelajaran berharga dalam penanganan penyakit menular lainnya dan telah menginspirasi program pemberantasan penyakit seperti polio dan malaria.

Pengetahuan tentang cacar dan keberhasilan pemberantasannya memberi kita pelajaran berharga tentang pentingnya kerja sama internasional dan vaksinasi dalam menangani penyakit menular di masa depan.

Kesimpulan

Cacar, yang pernah menjadi momok bagi manusia, kini telah menjadi sejarah berkat upaya global yang tak kenal lelah. Keberhasilan pemberantasan cacar tidak hanya menyelamatkan jutaan nyawa tetapi juga membuka jalan bagi penanganan penyakit menular lainnya di masa depan. Memahami sejarah cacar dan upaya pemberantasannya membantu kita menghargai pentingnya vaksinasi dan kerja sama internasional dalam menjaga kesehatan global.

Daftar Pustaka

  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). Smallpox Overview. Retrieved from https://www.cdc.gov/smallpox/index.html.
  2. World Health Organization (WHO). (2023). Smallpox. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/smallpox.
  3. Henderson, D. A. (2019). Smallpox: The Death of a Disease: The Inside Story of Eradicating a Worldwide Killer. Amherst, NY: Prometheus Books.
  4. Fenner, F., Henderson, D. A., Arita, I., Jezek, Z., & Ladnyi, I. D. (2020). Smallpox and Its Eradication. Geneva: World Health Organization.
  5. Breman, J. G., & Henderson, D. A. (2014). Diagnosis and Management of Smallpox. New England Journal of Medicine, 346(17), 1300-1308. doi:10.1056/NEJMra020025.
  6. National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID). (2022). Smallpox. Retrieved from https://www.niaid.nih.gov/diseases-conditions/smallpox.
  7. Hopkins, D. R. (2002). The Greatest Killer: Smallpox in History. Chicago, IL: University of Chicago Press.
  8. Behbehani, A. M. (1983). The Smallpox Story: Life and Death of an Old Disease. Microbiological Reviews, 47(4), 455-509.
  9. Koplow, D. A. (2003). Smallpox: The Fight to Eradicate a Global Scourge. Berkeley, CA: University of California Press.
  10. World Health Organization (WHO). (1988). The Global Eradication of Smallpox. Final Report of the Global Commission for the Certification of Smallpox Eradication. Geneva: WHO.
dr. Maria Alfiani Kusnowati
Author: dr. Maria Alfiani Kusnowati

Dokter Umum. Universitas Kristen Maranatha angkatan 2013. Internship di RSUD Waled dan Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon (2019). Bekerja di RS Bunda Pengharapan Merauke, Papua Selatan (2020-2023).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top