Cacar Monyet (Mpox): Ancaman Baru di Era Globalisasi

Cacar monyet

MPox atau monkeypox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam keluarga Poxviridae dan merupakan bagian dari kelompok Orthopoxvirus yang juga mencakup virus penyebab cacar (smallpox). Awalnya ditemukan pada hewan, terutama monyet dan beberapa jenis hewan pengerat, MPox adalah penyakit zoonosis yang dapat menyebar dari hewan ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi virus, seperti cairan tubuh atau luka pada kulit. Nama “monkeypox” diberikan karena virus ini pertama kali ditemukan pada monyet di laboratorium penelitian di Denmark pada tahun 1958.

Awal Kemunculan MPox di Dunia

Kasus Pertama MPox pada Manusia

Kasus pertama MPox pada manusia dilaporkan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (DRC), sebuah negara di Afrika Tengah. Kasus ini ditemukan pada seorang anak yang tinggal di wilayah pedesaan yang dekat dengan hutan tropis, di mana interaksi manusia dengan hewan liar cukup umum. Setelah penemuan kasus ini, para ilmuwan mulai menyadari bahwa MPox adalah ancaman bagi manusia, terutama di daerah-daerah yang sering bersentuhan dengan hewan liar yang mungkin membawa virus.

Penyebaran Awal di Afrika Tengah dan Barat

Setelah kasus pertama ditemukan, MPox terus dilaporkan dari berbagai negara di Afrika Tengah dan Barat, termasuk Nigeria, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Penyakit ini cenderung muncul di wilayah pedesaan, terutama di daerah dekat hutan, di mana orang sering berburu atau menangkap hewan liar untuk dijadikan makanan. Kontak dengan hewan liar ini meningkatkan risiko tertular virus MPox.

Di daerah-daerah ini, MPox seringkali menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sulit diatasi karena akses ke layanan kesehatan yang terbatas dan kesulitan dalam mendiagnosis penyakit ini pada tahap awal. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini dan bagaimana penularannya juga menyulitkan upaya pencegahan.

Mekanisme Penularan MPox

Transmisi/Penularan Mpox(Monkeypox)
Thornhill, J.P., et al. (2022). Monkeypox Virus Infection in Humans across 16 Countries — April–June 2022. N Engl J Med, 387(8), 679-691. doi: 10.1056/NEJMp2212931
Penularan dari Hewan ke Manusia

MPox adalah penyakit yang biasanya menyebar dari hewan ke manusia. Ini berarti bahwa manusia bisa terinfeksi virus MPox jika mereka melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi. Kontak ini bisa terjadi ketika seseorang menyentuh hewan yang sakit, atau bahkan hanya dengan bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, atau luka pada kulit hewan tersebut. Beberapa hewan yang diketahui bisa membawa virus MPox termasuk monyet, tupai, dan hewan pengerat seperti tikus.

Penularan sering terjadi saat orang menangani hewan liar, misalnya saat berburu atau menyembelih hewan tersebut untuk makanan. Selain itu, orang juga bisa terkena MPox jika mereka mengonsumsi daging hewan liar yang belum dimasak dengan benar. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dalam menangani hewan, terutama di daerah yang diketahui memiliki kasus MPox.

Penularan Antar Manusia

Meskipun lebih jarang terjadi, MPox juga bisa menular dari satu orang ke orang lain. Penularan antar manusia ini bisa terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, misalnya melalui luka di kulit, droplet pernapasan (percikan air liur atau lendir yang keluar saat batuk atau bersin), atau melalui benda yang telah terkontaminasi oleh virus, seperti pakaian, handuk, atau sprei.

Namun, penularan antar manusia biasanya tidak semudah penularan dari hewan ke manusia. Ini karena virus MPox tidak menyebar secepat virus lain seperti flu atau COVID-19. Tetapi, tetap penting untuk menjaga kebersihan diri dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran.

Perbandingan dengan Virus Lain Seperti Cacar Air dan Variola

Gejala MPox sering kali mirip dengan cacar air, terutama karena keduanya menyebabkan ruam dan lepuh pada kulit. Namun, MPox biasanya lebih menyakitkan dan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan cacar air. Selain itu, MPox juga mirip dengan cacar (variola), tetapi MPox biasanya tidak separah cacar. Yang penting, MPox memiliki tingkat penularan yang lebih rendah dibandingkan dengan kedua penyakit tersebut, tetapi tetap perlu diwaspadai, terutama di daerah yang rawan.

Epidemiologi dan Prevalensi Cacar Monyet dalam 5 Tahun Terakhir

Cacar monyet (Monkeypox) adalah penyakit zoonosis yang terutama ditemukan di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat. Namun, beberapa kasus telah dilaporkan di negara-negara non-endemik melalui perjalanan internasional dan perdagangan hewan.

2019: Lonjakan Kasus di Afrika Tengah dan Barat

Pada tahun 2019, Republik Demokratik Kongo (DRC) melaporkan lebih dari 4.000 kasus cacar monyet, menjadikannya salah satu negara dengan prevalensi tertinggi. Nigeria juga mengalami wabah besar dengan lebih dari 300 kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai. Kedua negara ini menjadi pusat perhatian global karena tingginya jumlah kasus yang dilaporkan.

2020: Pandemi COVID-19 dan Pengaruhnya terhadap Pelaporan

Tahun 2020, pandemi COVID-19 mengganggu sistem pelaporan dan pengawasan penyakit, namun DRC tetap melaporkan lebih dari 6.000 kasus cacar monyet. Nigeria mencatat sekitar 200 kasus dengan beberapa kematian. Gangguan dalam layanan kesehatan akibat COVID-19 mempengaruhi kemampuan negara-negara untuk memantau dan melaporkan kasus cacar monyet secara akurat.

2021: Kasus Meningkat di Afrika dan Muncul di Negara Non-Endemik

Pada tahun 2021, DRC melaporkan lebih dari 7.000 kasus, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Kasus cacar monyet sporadis juga mulai muncul di negara-negara non-endemik seperti Amerika Serikat dan Inggris, biasanya terkait dengan pelancong internasional yang membawa virus tersebut dari daerah endemik.

2022: Penyebaran Global dan Wabah di Negara Non-Endemik

Tahun 2022 menandai peningkatan signifikan dalam penyebaran cacar monyet. Lebih dari 500 kasus dilaporkan di luar Afrika, termasuk di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. DRC masih menjadi pusat utama dengan lebih dari 8.000 kasus dilaporkan. Penyebaran global ini meningkatkan kekhawatiran akan potensi pandemi baru.

2023: Penularan Lokal di Negara Non-Endemik

Pada tahun 2023, penularan lokal cacar monyet terdeteksi di beberapa negara non-endemik, menandakan bahwa virus ini mulai menyebar di luar wilayah asalnya. DRC melaporkan lebih dari 9.000 kasus sepanjang tahun, menjadikannya tahun dengan jumlah kasus tertinggi. Total kasus global meningkat, mencerminkan peningkatan kesadaran dan pelaporan yang lebih baik.

Kasus-Kasus di Luar Afrika: Penyebaran Global

Dalam beberapa tahun terakhir, MPox tidak hanya terbatas di Afrika. Kasus-kasus MPox telah dilaporkan di berbagai negara di luar Afrika, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Israel. Penyebaran ini biasanya terjadi melalui orang-orang yang melakukan perjalanan internasional dari daerah yang terkena wabah MPox, atau melalui perdagangan hewan eksotis yang terinfeksi virus.

Mpox (Monkeypox) merupakan penyakit infeksius yang telah menjadi perhatian serius bagi kesehatan global, terutama dengan lonjakan kasus di luar Afrika sejak tahun 2022. Penyakit ini disebabkan oleh virus Orthopoxvirus yang masih satu keluarga dengan virus penyebab cacar, namun dengan gejala dan tingkat keparahan yang berbeda. Mpox pertama kali ditemukan pada monyet laboratorium pada tahun 1958, tetapi dapat juga ditularkan melalui berbagai hewan lain seperti tikus dan tupai kepada manusia.

Sejak pertama kali dilaporkan pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970, Mpox sebagian besar terjadi di wilayah pedesaan Afrika Tengah dan Barat, seperti Nigeria, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Namun, sejak tahun 2022, penyebaran virus ini meluas ke wilayah lain di luar Afrika, termasuk Amerika, Eropa, Asia, dan Indonesia, yang membuat WHO menetapkan status darurat kesehatan global pada tahun 2022.

Hingga Agustus 2024, Indonesia telah melaporkan 88 kasus konfirmasi Mpox yang tersebar di berbagai provinsi seperti Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan DIY. Di tingkat global, WHO mencatat lebih dari 99.000 kasus konfirmasi dengan 208 kematian dari 116 negara antara Januari 2022 hingga Juni 2024. Penyebaran di Afrika didominasi oleh virus Mpox Clade I yang lebih parah, sementara Clade II yang ditemukan di wilayah lain termasuk Indonesia, memiliki gejala yang lebih ringan dan tingkat kematian yang lebih rendah.

Dampak Epidemi MPox pada Kesehatan Masyarakat

Gejala dan Tingkat Keparahan Infeksi MPox

Gejala MPox bervariasi, tetapi biasanya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam yang berkembang menjadi lepuh pada kulit. Pada beberapa orang, penyakit ini bisa lebih ringan dan hanya menyebabkan gejala ringan, tetapi pada orang lain, terutama yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau anak-anak, penyakit ini bisa lebih parah. Ruam yang muncul biasanya dimulai di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Meskipun sebagian besar kasus MPox bisa sembuh dengan sendirinya, ada risiko komplikasi serius, seperti infeksi bakteri sekunder atau pneumonia, terutama jika penyakit ini tidak ditangani dengan baik.

Mortalitas dan Morbiditas yang Diakibatkan

MPox memiliki tingkat kematian yang bervariasi tergantung pada strain virus dan kondisi kesehatan masyarakat di daerah yang terkena wabah. Di Afrika, angka kematian bisa mencapai 10% pada beberapa wabah, terutama di daerah dengan akses terbatas ke perawatan kesehatan. Namun, di negara-negara dengan fasilitas kesehatan yang lebih baik, angka kematian jauh lebih rendah.

Selain itu, morbiditas atau tingkat keparahan penyakit juga bervariasi. Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang sangat ringan, sementara yang lain mungkin memerlukan perawatan medis yang intensif.

Beban pada Sistem Kesehatan di Negara-Negara Terdampak

Epidemi MPox memberikan tekanan tambahan pada sistem kesehatan, terutama di negara-negara yang sudah menghadapi banyak tantangan lain. Wabah penyakit ini bisa membebani sumber daya kesehatan, termasuk rumah sakit, tenaga medis, dan peralatan medis. Selain itu, wabah MPox juga bisa mengalihkan perhatian dari masalah kesehatan lainnya yang mendesak, seperti malaria atau COVID-19.

Di negara-negara dengan sumber daya yang terbatas, wabah MPox dapat memperburuk situasi kesehatan yang sudah rapuh, dan mengganggu layanan kesehatan dasar yang penting bagi masyarakat.

Tindakan Pencegahan dan Pengobatan yang Tersedia

Vaksinasi dan Efektivitasnya

Vaksinasi adalah salah satu cara utama untuk mencegah infeksi MPox. Saat ini, vaksin yang digunakan untuk mencegah cacar (smallpox) juga efektif dalam mencegah MPox, karena kedua penyakit ini disebabkan oleh virus dari keluarga yang sama. Vaksin ini telah terbukti memberikan perlindungan yang cukup baik terhadap MPox, meskipun tidak 100% efektif.

Bagi orang yang tinggal atau bekerja di daerah yang rawan MPox, atau yang sering berinteraksi dengan hewan liar, vaksinasi dapat menjadi langkah pencegahan yang penting. Vaksin ini juga biasanya diberikan kepada petugas kesehatan dan orang-orang yang terpapar kasus MPox untuk melindungi mereka dari infeksi.

Peran Pengobatan Simptomatik

Pengobatan untuk MPox umumnya bersifat simptomatik, artinya fokusnya adalah mengurangi gejala yang muncul, seperti demam dan nyeri. Karena tidak ada obat khusus untuk MPox, perawatan yang diberikan terutama bertujuan untuk membuat pasien merasa lebih nyaman dan mencegah komplikasi.

Jika pasien mengalami infeksi bakteri sekunder di luka kulit, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik. Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup, minum banyak cairan, dan menjaga kebersihan luka agar tidak terinfeksi.

Pada kasus yang lebih parah, seperti pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, pengobatan antiviral tertentu, seperti tecovirimat, dapat digunakan sebagai upaya untuk mengatasi virus ini. Namun, akses terhadap obat ini mungkin terbatas di beberapa negara.

Langkah-Langkah Pencegahan di Masyarakat

Pencegahan MPox di Masyarakat melibatkan edukasi tentang bagaimana virus ini menyebar dan cara mengurangi risiko infeksi. Langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun dan air secara teratur, menghindari kontak langsung dengan hewan liar atau orang yang terinfeksi, dan menjaga kebersihan lingkungan dapat membantu mencegah penyebaran virus.

Di daerah yang sedang mengalami wabah MPox, penting untuk membatasi interaksi dengan orang yang mungkin terinfeksi, dan memastikan bahwa orang-orang yang memiliki gejala mendapatkan perawatan medis yang tepat. Penggunaan masker dan menjaga jarak fisik juga bisa menjadi langkah penting, terutama di tempat-tempat yang padat.

Ancaman MPox di Era Modern

Potensi Penyebaran di Wilayah Perkotaan

Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi MPox di era modern adalah risiko penyebarannya di wilayah perkotaan. Di kota-kota besar, di mana populasi sangat padat, virus dapat menyebar lebih cepat jika langkah-langkah pencegahan tidak diambil. Selain itu, interaksi manusia yang lebih sering di tempat umum seperti transportasi publik, pasar, dan sekolah dapat mempercepat penyebaran virus.

Namun, di sisi lain, kota-kota besar biasanya memiliki akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, sehingga kasus MPox mungkin bisa didiagnosis dan ditangani lebih cepat. Tantangan utamanya adalah memastikan bahwa masyarakat tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan yang ada.

Tantangan Globalisasi dan Urbanisasi dalam Pengendalian MPox

Globalisasi dan urbanisasi membawa tantangan baru dalam pengendalian penyakit seperti MPox. Dengan meningkatnya mobilitas manusia, baik untuk bekerja, bepergian, maupun migrasi, risiko penyebaran penyakit melintasi batas negara menjadi lebih besar. Misalnya, seorang wisatawan yang tidak tahu bahwa dirinya terinfeksi MPox bisa dengan mudah menyebarkan virus ini ke negara lain melalui perjalanan internasional.

Urbanisasi juga membuat banyak orang tinggal di daerah yang padat penduduk dengan kondisi sanitasi yang kurang baik. Ini dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran virus. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga kesehatan untuk bekerja sama dalam mengawasi dan mengendalikan wabah dengan cepat, serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara melindungi diri mereka.

Dampak Sosial-Ekonomi dari Wabah MPox

Selain dampak kesehatan, wabah MPox juga bisa menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Di daerah-daerah yang mengalami wabah, kegiatan ekonomi bisa terganggu karena orang harus menghindari tempat kerja atau pasar untuk mencegah penyebaran virus. Wabah juga bisa memengaruhi sektor pariwisata, terutama jika kasus MPox dilaporkan di negara yang sering menjadi tujuan wisata.

Dampak sosial dari wabah MPox bisa mencakup stigmatisasi terhadap orang yang terinfeksi, serta ketakutan yang berlebihan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memberikan informasi yang akurat dan tidak menimbulkan kepanikan, agar masyarakat bisa tetap tenang dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang benar.

Kasus MPox dan Pandemi COVID-19: Sebuah Perbandingan

Kesamaan dan Perbedaan dalam Penanganan

MPox dan COVID-19 adalah dua penyakit yang berbeda, tetapi ada beberapa kesamaan dalam cara keduanya ditangani. Misalnya, pada awal wabah, langkah-langkah pencegahan seperti isolasi, karantina, dan pelacakan kontak sangat penting untuk mencegah penyebaran kedua penyakit ini. Selain itu, edukasi masyarakat tentang gejala dan cara penularan juga merupakan kunci untuk mengendalikan penyebaran.

Namun, ada juga perbedaan besar antara kedua penyakit ini. COVID-19 adalah penyakit yang sangat menular melalui udara, sementara MPox biasanya menyebar melalui kontak fisik langsung atau melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi. Ini berarti COVID-19 bisa menyebar dengan lebih cepat dan lebih luas dibandingkan dengan MPox.

Selain itu, COVID-19 telah menyebabkan pandemi global yang melibatkan ratusan juta kasus, sementara MPox masih dianggap sebagai wabah yang relatif terbatas dan terkontrol di beberapa daerah tertentu. Oleh karena itu, tanggapan terhadap COVID-19 harus lebih luas dan lebih intensif dibandingkan dengan MPox.

Pembelajaran dari Pandemi COVID-19 dalam Menangani MPox

Pandemi COVID-19 memberikan banyak pelajaran berharga yang bisa diterapkan untuk menangani MPox. Salah satu pelajaran terpenting adalah pentingnya kesiapan sistem kesehatan, terutama dalam hal pengawasan dan deteksi dini. Semakin cepat kita bisa mengidentifikasi kasus baru MPox, semakin cepat kita bisa mencegah penyebarannya.

Selain itu, pandemi COVID-19 juga menunjukkan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi wabah penyakit. Negara-negara di seluruh dunia perlu bekerja sama dalam berbagi informasi, sumber daya, dan teknologi untuk memastikan bahwa wabah seperti MPox bisa ditangani dengan efektif.

Pandemi COVID-19 juga menekankan perlunya edukasi publik yang jelas dan akurat. Ketika informasi yang benar tentang penyakit tersedia, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih baik untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain. Ini sangat penting untuk penyakit seperti MPox, di mana langkah-langkah pencegahan dasar, seperti menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi, dapat sangat efektif dalam mengurangi penyebaran.

Masa Depan MPox: Apakah Akan Menjadi Ancaman Besar?

Potensi Mutasi Virus dan Implikasinya

Seperti virus lainnya, virus MPox memiliki potensi untuk bermutasi, yaitu mengalami perubahan kecil pada materi genetiknya. Mutasi ini dapat menyebabkan virus menjadi lebih mudah menyebar, lebih sulit diobati, atau bahkan lebih mematikan. Meskipun saat ini MPox relatif stabil dan tidak menyebar secepat penyakit seperti COVID-19, potensi mutasi selalu menjadi perhatian para ilmuwan.

Jika virus MPox bermutasi menjadi lebih menular atau lebih berbahaya, itu bisa meningkatkan ancaman yang ditimbulkannya, terutama di daerah dengan akses terbatas ke perawatan kesehatan. Oleh karena itu, para peneliti terus memantau perubahan pada virus ini dan dampaknya terhadap kemampuan kita untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut.

Prediksi Epidemi di Masa Depan

Sulit untuk memprediksi secara pasti bagaimana MPox akan berkembang di masa depan. Beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa MPox dapat terus muncul secara sporadis di daerah-daerah yang berisiko, terutama di Afrika Tengah dan Barat. Di sisi lain, ada kemungkinan bahwa dengan upaya pencegahan yang lebih baik, vaksinasi, dan edukasi masyarakat, kita bisa mengurangi jumlah kasus MPox secara signifikan.

Namun, dengan meningkatnya urbanisasi dan globalisasi, selalu ada risiko bahwa MPox dapat menyebar ke daerah lain di luar Afrika. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan memastikan bahwa sistem kesehatan global siap menghadapi kemungkinan wabah baru.

Kesiapan Dunia dalam Menghadapi Wabah Baru

Wabah penyakit seperti MPox menunjukkan pentingnya kesiapan global dalam menghadapi ancaman kesehatan yang baru. Pengalaman dari pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa dunia perlu memiliki sistem peringatan dini, kapasitas tes yang memadai, akses cepat ke vaksin dan obat-obatan, serta kolaborasi internasional yang lebih baik.

Untuk MPox, kesiapan berarti memastikan bahwa pemerintah dan lembaga kesehatan di seluruh dunia dapat dengan cepat merespons wabah, baik melalui pengawasan kasus, vaksinasi, atau penanganan medis yang cepat. Edukasi masyarakat juga merupakan bagian penting dari kesiapsiagaan ini, sehingga orang-orang tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi wabah MPox di daerah mereka.

Kesimpulan

Refleksi tentang Sejarah dan Dampak MPox

MPox adalah penyakit zoonosis yang telah menjadi ancaman kesehatan masyarakat di berbagai wilayah dunia. Sejarah penyakit ini menunjukkan bagaimana interaksi manusia dengan hewan liar dapat menyebabkan wabah penyakit yang tidak terduga.

Pentingnya Kesiapsiagaan di Era Modern

Di era modern yang ditandai dengan globalisasi dan urbanisasi, kesiapsiagaan terhadap penyakit menular seperti MPox menjadi sangat penting. Langkah-langkah pencegahan, edukasi masyarakat, dan penguatan sistem kesehatan adalah kunci dalam mencegah wabah di masa depan.

Baca Juga Apakah Mpox Lebih Berbahaya dari yang Kita Kira?

Daftar Pustaka

  1. World Health Organization. (2022). Monkeypox. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox
  2. Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Monkeypox. Retrieved from https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/index.html
  3. Bunge, E. M., Hoet, B., Chen, L., Lienert, F., Weidenthaler, H., Baer, L. R., & Steffen, R. (2022). The changing epidemiology of human monkeypox—A potential threat? A systematic review. PLOS Neglected Tropical Diseases, 16(2), e0010141.
  4. McCollum, A. M., & Damon, I. K. (2014). Human monkeypox. Clinical Infectious Diseases, 58(2), 260-267.
dr. Maria Alfiani Kusnowati
Author: dr. Maria Alfiani Kusnowati

Dokter Umum. Universitas Kristen Maranatha angkatan 2013. Internship di RSUD Waled dan Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon (2019). Bekerja di RS Bunda Pengharapan Merauke, Papua Selatan (2020-2023).

1 komentar untuk “Cacar Monyet (Mpox): Ancaman Baru di Era Globalisasi”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top