Apakah Mpox Lebih Berbahaya dari yang Kita Kira?

Monkeypox (Mpox) virus

Tentang Mpox (Monkeypox)

Pengertian Mpox

Mpox atau yang lebih dikenal sebagai Monkeypox, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Orthopoxvirus. Virus ini berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab cacar (smallpox), namun memiliki gejala dan tingkat keparahan yang berbeda. Mpox awalnya ditemukan pada monyet laboratorium pada tahun 1958, yang menjadi asal mula penamaannya. Namun, dalam kenyataannya, berbagai hewan lain seperti tikus dan tupai juga dapat menjadi sumber penularan virus ini kepada manusia.

Sejarah Kemunculan Penyakit Mpox

Kasus pertama Mpox pada manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu, wabah Mpox sebagian besar terjadi di daerah pedesaan hutan hujan Afrika Tengah dan Barat, seperti Nigeria, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Sejak saat itu, Mpox lebih banyak ditemukan di negara-negara Afrika Tengah dan Barat, di mana infeksi ini sering terjadi karena kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Pada tahun-tahun berikutnya, kasus sporadis muncul di luar Afrika, biasanya terkait dengan perjalanan atau impor hewan yang terinfeksi.

Namun, sejak tahun 2022, terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah kasus Mpox di berbagai negara di luar Afrika, termasuk di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia, termasuk Indonesia. Peningkatan ini menjadi perhatian global dan mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menetapkan status darurat kesehatan global pada tahun 2022.

Relevansi Mpox di Era Modern

Mpox kini menjadi perhatian serius karena penyebarannya yang semakin meluas dan munculnya kasus-kasus baru di negara-negara yang sebelumnya tidak terdampak. Virus ini menjadi tantangan baru di era modern, terutama dengan tingginya mobilitas manusia dan perubahan iklim yang mempengaruhi penyebaran penyakit.

Di era modern, informasi yang cepat dan akurat menjadi kunci dalam penanggulangan penyakit. Edukasi tentang cara penularan, gejala, dan pencegahan Mpox menjadi sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Kesadaran publik juga perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan segera mendapatkan perawatan jika terinfeksi.

Monkeypox (Mpox) virus

Penyebab Mpox

Virus Penyebab Mpox (Virus Orthopox)

Mpox disebabkan oleh virus dari genus Orthopoxvirus, yang termasuk dalam keluarga Poxviridae. Virus ini memiliki kemiripan genetik dengan virus cacar (variola), vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan cowpox (cacar sapi). Mpox sendiri terbagi menjadi dua clade utama: Clade Afrika Barat dan Clade Kongo (Afrika Tengah). Clade Kongo diketahui lebih virulen dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Clade Afrika Barat.

Virus Orthopox ini dapat bertahan dalam lingkungan untuk waktu yang lama, terutama pada kondisi dingin dan kering. Ketika menginfeksi manusia, virus ini menyerang sel-sel di kulit, saluran pernapasan, dan sistem limfatik, yang memicu respons imun dan menyebabkan gejala klinis yang khas.

Jenis Virus Mpox (Monkeypox) yang Ada Sampai Saat Ini

Saat ini, virus Mpox terbagi menjadi dua clade atau kelompok utama yang berbeda berdasarkan karakteristik genetik dan geografi, yaitu Clade I dan Clade II. Clade II ini kemudian dibagi lagi menjadi Clade IIa dan Clade IIb.

1. Clade I

Karakteristik:

  • Clade I dikenal sebagai strain yang lebih virulen atau lebih mematikan.
  • Virus ini memiliki tingkat keparahan penyakit yang lebih tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Clade II.

Penyebaran Wilayah:

  • Clade I terutama ditemukan di wilayah Afrika Tengah, khususnya di negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo.
  • Wilayah ini dikenal sebagai endemik untuk Clade I, yang berarti virus ini secara rutin terjadi di daerah tersebut.
2. Clade II

Karakteristik:

  • Clade II biasanya menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan Clade I.
  • Virus ini dibagi lagi menjadi dua subgrup: Clade IIa dan Clade IIb.
  • Clade IIb adalah yang paling umum ditemukan di luar Afrika dan terkait dengan wabah global yang baru-baru ini terjadi.

Penyebaran Wilayah:

  • Clade IIa sebelumnya ditemukan di Afrika Barat, terutama di negara-negara seperti Nigeria, dan terkait dengan kasus-kasus yang lebih ringan.
  • Clade IIb adalah clade yang paling banyak ditemukan selama wabah global pada 2022-2024. Virus ini telah menyebar ke berbagai negara di luar Afrika, termasuk wilayah Amerika Utara, Eropa, dan Asia, termasuk Indonesia. Ini adalah jenis virus yang tercatat dalam laporan Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) di Indonesia pada tahun 2023.
Penyebaran Wilayah
  • Afrika Tengah (Clade I): Virus ini endemik di wilayah ini dan sering terjadi pada populasi yang tinggal dekat dengan hutan hujan tropis, di mana interaksi antara manusia dan hewan yang terinfeksi lebih sering terjadi.
  • Afrika Barat (Clade IIa): Meskipun masih endemik, wilayah ini mengalami wabah yang lebih jarang dibandingkan Afrika Tengah, dan kasus yang terjadi cenderung lebih ringan.
  • Amerika, Eropa, dan Asia (Clade IIb): Sejak 2022, Clade IIb telah menyebabkan peningkatan kasus global yang signifikan, termasuk di negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki kasus Mpox. Penyebaran global ini mendorong WHO untuk menetapkan darurat kesehatan internasional.

Dengan mengetahui karakteristik dan penyebaran kedua clade ini, kita bisa lebih memahami mengapa Mpox dapat menyebabkan penyakit yang bervariasi dari ringan hingga berat tergantung pada jenis virus dan faktor geografis .

Penularan dari Hewan ke Manusia (Zoonosis)

Mpox adalah penyakit zoonosis, artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Reservoir alami virus ini termasuk berbagai spesies hewan liar, seperti monyet, tupai, tikus, dan hewan pengerat lainnya. Penularan dari hewan ke manusia umumnya terjadi melalui:

  1. Kontak Langsung: Seseorang dapat terinfeksi setelah melakukan kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit hewan yang terinfeksi.
  2. Makan Daging Hewan yang Tidak Dimasak dengan Baik: Mengonsumsi daging dari hewan liar yang tidak dimasak dengan sempurna juga berpotensi menjadi sumber infeksi.
  3. Gigitan atau Cakaran: Hewan yang terinfeksi dapat menularkan virus melalui gigitan atau cakaran yang melukai kulit manusia.
Penularan Antar Manusia

Meskipun penularan utama Mpox adalah dari hewan ke manusia, virus ini juga dapat menyebar antar manusia. Penularan antar manusia dapat terjadi melalui:

  1. Kontak Langsung dengan Lesi Kulit: Penularan yang paling umum terjadi ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan lesi kulit atau ruam yang diakibatkan oleh Mpox pada orang yang terinfeksi.
  2. Cairan Tubuh: Cairan tubuh seperti darah, air liur, dan cairan dari lesi juga bisa menjadi media penularan, terutama jika ada luka terbuka di kulit.
  3. Droplet Respiratori: Penularan melalui droplet bisa terjadi, terutama jika seseorang berada dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi, misalnya melalui batuk atau bersin. Namun, penularan ini tidak seefisien seperti pada penyakit yang sangat menular seperti influenza atau COVID-19.
  4. Barang yang Terkontaminasi: Virus juga dapat bertahan pada permukaan benda seperti pakaian, tempat tidur, atau barang-barang lain yang telah terkontaminasi oleh cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.

Gejala Mpox

Gejala Mpox (Monkeypox) Virus. Mpox symptom

  1. Demam: Demam adalah gejala awal yang sering muncul, dengan suhu tubuh yang dapat mencapai 38,5-40°C.
  2. Sakit Kepala: Sakit kepala hebat sering menyertai demam.
  3. Nyeri Otot (Mialgia): Pasien juga sering mengalami nyeri otot yang menyebar di seluruh tubuh.
  4. Kelelahan (Asthenia): Kelelahan parah dan rasa lemah umum terjadi pada fase awal infeksi.
  5. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening (Limfadenopati): Salah satu gejala khas Mpox yang membedakannya dari cacar adalah pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Pembengkakan ini sering kali terjadi sebelum munculnya ruam.
  6. Ruam Kulit: Ruam muncul beberapa hari setelah demam. Mulanya berupa bintik merah datar (makula), yang kemudian berkembang menjadi benjolan kecil (papula), lepuh berisi cairan (vesikel), dan akhirnya menjadi pustula yang berisi nanah. Ruam ini biasanya dimulai dari wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk telapak tangan dan kaki.
Tahapan Perkembangan Gejala

Perkembangan gejala Mpox dapat dibagi menjadi beberapa tahapan berikut:

  1. Periode Inkubasi (5-21 hari): Setelah terpapar virus, pasien tidak akan segera menunjukkan gejala. Periode inkubasi, yaitu waktu antara paparan dan munculnya gejala pertama, biasanya berlangsung antara 5 hingga 21 hari. Selama periode ini, virus bereplikasi di dalam tubuh tetapi belum menyebabkan gejala.
  2. Fase Prodromal (1-5 hari): Pada tahap ini, gejala awal mulai muncul, termasuk demam tinggi, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, dan kelelahan. Pembengkakan kelenjar getah bening juga sering muncul pada tahap ini, yang membantu membedakan Mpox dari penyakit lainnya seperti cacar air.
  3. Fase Eruptif (2-4 minggu): Tahap ini ditandai dengan munculnya ruam kulit yang khas. Ruam ini melalui beberapa tahap perkembangan:
    • Makula: Bintik-bintik merah datar muncul di kulit.
    • Papula: Bintik-bintik ini kemudian berubah menjadi benjolan kecil yang terangkat.
    • Vesikel: Papula berubah menjadi lepuh yang berisi cairan.
    • Pustula: Lepuh ini kemudian berubah menjadi pustula yang berisi nanah. Pustula ini sering kali terasa sangat nyeri.
    • Keropeng (Krust): Pustula akhirnya mengering dan membentuk keropeng keras yang kemudian akan rontok, meninggalkan bekas luka atau jaringan parut.
  4. Resolusi dan Penyembuhan: Setelah keropeng rontok, kulit mulai sembuh. Proses penyembuhan ini bisa memakan waktu beberapa minggu, dan seringkali meninggalkan bekas luka permanen, terutama jika terjadi infeksi sekunder pada lesi kulit.

Gejala Mpox biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Sebagian besar kasus dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan spesifik, meskipun pada beberapa individu, terutama yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, gejalanya bisa menjadi lebih parah.

Faktor Risiko Mpox

Populasi yang Rentan terhadap Mpox

Beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih tinggi terkena Mpox dibandingkan dengan yang lain. Orang-orang yang tinggal di daerah endemik di Afrika Tengah dan Barat, di mana virus ini sering ditemukan, memiliki risiko terbesar. Selain itu, orang yang sering bersentuhan dengan hewan liar atau bekerja dengan hewan, seperti petani, pemburu, atau petugas laboratorium, juga memiliki risiko yang lebih tinggi.

Faktor Geografis dan Lingkungan

Mpox lebih sering terjadi di daerah pedesaan yang dekat dengan hutan hujan tropis di Afrika, tempat hewan-hewan pembawa virus hidup. Selain itu, akses terbatas ke layanan kesehatan di daerah terpencil juga bisa meningkatkan risiko penyebaran virus karena sulitnya melakukan diagnosa dan perawatan dini.

Risiko pada Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang merawat pasien Mpox juga memiliki risiko lebih tinggi tertular, terutama jika mereka tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi petugas kesehatan untuk selalu mengenakan APD, seperti sarung tangan dan masker, saat merawat pasien yang diduga atau telah terkonfirmasi terinfeksi Mpox.

Diagnosis Mpox

Prosedur Medis dalam Mendiagnosis Mpox

Untuk mendiagnosis Mpox, dokter akan memulai dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan gejala yang dialami. Jika pasien baru saja bepergian ke daerah yang terjangkit Mpox atau memiliki kontak dengan hewan liar, ini bisa menjadi petunjuk penting. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tanda khas seperti ruam atau pembengkakan kelenjar getah bening.

Tes Laboratorium yang Digunakan

Diagnosis pasti Mpox biasanya dilakukan melalui tes laboratorium. Sampel dari lesi kulit atau cairan tubuh pasien akan diambil dan dianalisis di laboratorium menggunakan tes seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi keberadaan DNA virus Mpox. Tes ini sangat akurat dan dapat memastikan apakah seseorang benar-benar terinfeksi Mpox.

Pentingnya Diagnosis Dini

Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah penyebaran Mpox lebih lanjut. Dengan mengetahui bahwa seseorang terinfeksi lebih awal, langkah-langkah isolasi dan pengobatan bisa segera dilakukan untuk mencegah penyebaran virus ke orang lain dan untuk memberikan perawatan yang tepat kepada pasien.

Pengobatan Mpox

Pendekatan Pengobatan Saat Ini

Saat ini, tidak ada pengobatan khusus yang secara langsung dapat menyembuhkan Mpox. Namun, kebanyakan kasus Mpox bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Pengobatan yang diberikan biasanya bersifat suportif, yaitu membantu meredakan gejala yang dialami pasien, seperti memberikan obat penurun demam, obat penghilang rasa sakit, dan menjaga hidrasi pasien.

Penggunaan Antivirus

Dalam beberapa kasus yang lebih parah, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus untuk membantu melawan virus. Obat seperti Tecovirimat, yang awalnya dikembangkan untuk mengobati cacar, bisa digunakan untuk mengurangi keparahan gejala Mpox. Namun, penggunaannya masih terbatas dan biasanya hanya diberikan pada pasien dengan kondisi tertentu.

Perawatan Suportif untuk Pasien Mpox

Perawatan suportif sangat penting untuk pasien Mpox. Ini termasuk menjaga kebersihan lesi kulit untuk mencegah infeksi sekunder, memastikan pasien cukup minum untuk menghindari dehidrasi, dan memberikan nutrisi yang cukup agar tubuh kuat melawan infeksi. Isolasi pasien juga diperlukan untuk mencegah penularan virus kepada orang lain.

Pencegahan Mpox

Vaksinasi dan Efektivitasnya

Vaksinasi adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah Mpox. Vaksin cacar, yang pernah digunakan secara luas sebelum penyakit cacar diberantas, juga memberikan perlindungan terhadap Mpox. Meski vaksinasi ini tidak lagi rutin diberikan, vaksin ini masih tersedia dan dapat digunakan untuk melindungi kelompok yang berisiko tinggi.

Langkah-langkah Pencegahan di Masyarakat

Untuk mencegah penyebaran Mpox, beberapa langkah sederhana bisa diambil oleh masyarakat. Ini termasuk menghindari kontak langsung dengan hewan liar yang mungkin terinfeksi, memastikan daging hewan liar dimasak dengan sempurna sebelum dikonsumsi, dan menggunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi. Selain itu, jika seseorang diketahui terinfeksi Mpox, penting untuk mengisolasi diri agar tidak menularkan virus ke orang lain.

Edukasi dan Kesadaran Publik

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Mpox juga merupakan bagian penting dari pencegahan. Edukasi mengenai gejala, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan harus disebarluaskan melalui kampanye kesehatan, terutama di daerah yang berisiko tinggi. Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat bisa lebih waspada dan cepat mengambil tindakan jika melihat gejala atau situasi yang mencurigakan.

Epidemiologi Mpox (Monkeypox)

Mpox (Monkeypox) di Indonesia 2024

Mpox (Monkeypox) telah mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, baik secara global maupun di Indonesia. Hingga Agustus 2024, Indonesia telah melaporkan 88 kasus konfirmasi Mpox sejak 2022. Sebagian besar kasus ini terjadi pada tahun 2023 dengan 73 kasus, sementara 14 kasus lainnya dilaporkan pada tahun 2024. Kasus pertama Mpox di Indonesia muncul pada 20 Agustus 2022, dan hingga saat ini, kasus-kasus tersebut tersebar di berbagai provinsi, termasuk Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Mpox(Monkey pox) Global dunia 2024

Di tingkat global, WHO menerima laporan lebih dari 99.000 kasus konfirmasi Mpox dari 116 negara antara Januari 2022 hingga Juni 2024, dengan 208 kematian terkait. Afrika merupakan wilayah yang paling terdampak, dengan Republik Demokratik Kongo melaporkan sebagian besar kasus konfirmasi Mpox. Peningkatan kasus Mpox di Afrika didominasi oleh virus Mpox Clade I, yang dianggap lebih parah dibandingkan dengan Clade II yang ditemukan di wilayah lain, termasuk Indonesia, yang memiliki gejala lebih ringan dan tingkat kematian yang lebih rendah.

Penyebaran Mpox global ini juga mendapat perhatian serius dari WHO, yang telah mengumumkan darurat kesehatan global untuk Mpox sebanyak dua kali dalam dua tahun terakhir, yakni pada tahun 2022 dan 2024, untuk mengkoordinasikan upaya internasional dalam menanggulangi wabah ini. Kasus terakhir yang dilaporkan di Indonesia terjadi pada minggu ke-23 tahun 2024, menunjukkan bahwa meskipun ada upaya pengendalian, virus ini tetap menjadi ancaman yang signifikan.

Komplikasi Mpox

Komplikasi Serius yang Bisa Muncul

Walaupun banyak kasus Mpox yang sembuh dengan sendirinya, beberapa pasien dapat mengalami komplikasi serius, terutama jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Komplikasi ini bisa termasuk infeksi sekunder pada kulit, yang terjadi ketika bakteri masuk ke dalam luka dari lesi atau ruam. Ini bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah, seperti sepsis, yang merupakan infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh dan bisa mengancam nyawa.

Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan

Selain infeksi kulit, Mpox juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti pneumonia (infeksi paru-paru), keratitis (peradangan pada mata yang bisa menyebabkan kebutaan), dan ensefalitis (peradangan otak). Pada beberapa kasus, Mpox juga bisa meninggalkan bekas luka permanen di kulit, terutama jika pasien mengalami ruam yang parah. Bekas luka ini tidak hanya mempengaruhi penampilan fisik tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental pasien.

Pencegahan Komplikasi melalui Perawatan yang Tepat

Untuk mencegah komplikasi, sangat penting bagi pasien Mpox untuk mendapatkan perawatan medis sejak dini. Ini termasuk menjaga kebersihan luka untuk mencegah infeksi sekunder, memantau gejala dengan cermat, dan segera mencari bantuan medis jika gejala memburuk. Selain itu, bagi pasien dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya atau yang mengalami gejala parah, rawat inap mungkin diperlukan untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Dengan perawatan yang tepat, banyak komplikasi Mpox dapat dicegah atau diminimalkan.

Perbedaan Mpox dan Cacar

Mpox (Monkeypox) dan cacar (smallpox) adalah dua penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga yang sama, yaitu Orthopoxvirus. Meski demikian, ada beberapa perbedaan penting antara kedua penyakit ini yang perlu dipahami.

Penyebab: Mpox disebabkan oleh virus Monkeypox, sedangkan cacar disebabkan oleh virus Variola. Meskipun berasal dari keluarga virus yang sama, virus Monkeypox dan Variola memiliki struktur dan sifat yang berbeda.

Gejala: Gejala Mpox dan cacar memiliki beberapa kesamaan, seperti demam, ruam, dan nyeri tubuh. Namun, gejala Mpox biasanya lebih ringan dibandingkan dengan cacar. Pada Mpox, ruam sering dimulai di wajah sebelum menyebar ke bagian tubuh lainnya, dan kelenjar getah bening sering membengkak, sesuatu yang tidak biasa terjadi pada cacar. Cacar, di sisi lain, memiliki gejala yang lebih parah dan cepat berkembang, dengan ruam yang sering kali muncul hampir secara bersamaan di seluruh tubuh.

Tingkat Kematian: Cacar memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan Mpox. Cacar diketahui menyebabkan kematian pada sekitar 30% dari kasus yang terinfeksi, sedangkan Mpox memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah, khususnya untuk Clade IIb yang ditemukan di Indonesia, yang gejalanya cenderung lebih ringan.

Transmisi (Penularan) : Cacar dapat menyebar sangat mudah antar manusia, terutama melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau benda yang terkontaminasi, serta melalui droplet pernapasan. Mpox juga dapat menyebar melalui cara yang serupa, tetapi penularannya sering terjadi dari hewan ke manusia (zoonosis) dan antar manusia. Mpox cenderung kurang menular dibandingkan cacar.

Vaksinasi: Vaksin yang digunakan untuk mencegah cacar juga efektif melawan Mpox. Namun, setelah cacar diberantas pada tahun 1980, vaksinasi cacar dihentikan secara luas, yang menyebabkan banyak orang tidak memiliki kekebalan terhadap Mpox.

Respon Internasional Terhadap Wabah Mpox

Respon internasional terhadap wabah Mpox mencerminkan kepedulian global terhadap penyebaran penyakit ini. Pada 2022, ketika kasus Mpox mulai meningkat di luar Afrika, WHO segera mengumumkan status darurat kesehatan global untuk meningkatkan kewaspadaan dan kerjasama internasional.

WHO dan organisasi kesehatan lainnya melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan penyebaran Mpox. Ini termasuk distribusi vaksin, peningkatan kapasitas pengujian, dan penyediaan panduan untuk tenaga medis di seluruh dunia. WHO juga menekankan pentingnya pemantauan dan pelaporan yang tepat dari setiap kasus Mpox agar penyebarannya dapat diidentifikasi dan dikendalikan lebih cepat.

Kerjasama internasional juga melibatkan penelitian bersama untuk memahami lebih baik karakteristik virus Mpox, termasuk perbedaan antara berbagai strain virus yang ditemukan di berbagai wilayah. WHO mengembangkan Rencana Strategis Global untuk Persiapan dan Respon Mpox (SRSP), yang bertujuan untuk mengoordinasikan upaya di tingkat global, regional, dan nasional.

Tantangan utama dalam pengendalian wabah Mpox adalah adanya stigma sosial terhadap pasien, yang dapat menghambat upaya deteksi dan pengobatan. Oleh karena itu, edukasi publik dan pemberdayaan komunitas juga menjadi bagian penting dari strategi global untuk melawan Mpox. WHO terus mengajak negara-negara untuk bekerja sama dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang penyakit in

Kesimpulan

Ringkasan Informasi Penting tentang Mpox

Mpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Orthopox, mirip dengan cacar namun dengan tingkat keparahan yang lebih rendah. Penyakit ini menyebar dari hewan ke manusia serta antar manusia melalui kontak langsung dengan lesi kulit atau cairan tubuh. Mpox memiliki gejala yang mirip dengan cacar air, namun dengan beberapa perbedaan penting, seperti pembengkakan kelenjar getah bening.

Pentingnya Upaya Pencegahan dan Kesadaran Publik

Pencegahan adalah kunci dalam mengendalikan penyebaran Mpox. Vaksinasi, penggunaan alat pelindung diri, dan edukasi masyarakat tentang cara penularan dan gejala Mpox sangat penting untuk mencegah wabah. Kesadaran publik harus ditingkatkan melalui kampanye kesehatan yang efektif, agar masyarakat lebih waspada dan mampu mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dan lingkungan mereka.

Harapan di Masa Depan untuk Pengendalian Mpox

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan tentang Mpox, serta adanya kolaborasi internasional yang kuat, diharapkan wabah Mpox dapat dikendalikan lebih efektif di masa depan. Penelitian berkelanjutan mengenai pengobatan dan vaksinasi akan sangat membantu dalam mencegah dan mengobati Mpox. Langkah-langkah ini akan sangat penting dalam melindungi kesehatan global dan mencegah penyebaran lebih lanjut.

Baca Juga Cacar Monyet : Ancaman di Era Globalisasi, Sejarah Cacar (smallpox/Variola) Sejarah Pemberantasan Penyakit yang Mengubah Dunia

Daftar Pustaka

  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2022). Monkeypox. Retrieved from https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/index.html
  2. World Health Organization (WHO). (2024, August). Multi-country outbreak of Mpox. External Situation Report 35. Retrieved from https://www.who.int/publications/i/item/multi-country-outbreak-of-mpox-external-situation-report-35
  3. Kementerian Kesehatan RI. (2024, August 18). Siaga Hadapi Mpox. Sehat Negeriku. Retrieved from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240818/1346255/siaga-hadapi-mpox%E2%81%B7/
  4. World Health Organization (WHO). (2023, May). WHO Director-General declares the end of the mpox public health emergency. Retrieved from https://www.who.int/news/item/11-05-2023-who-director-general-declares-end-of-mpox-public-health-emergency
  5. World Health Organization (WHO). (2022, July). WHO Director-General declares monkeypox outbreak a public health emergency of international concern. Retrieved from https://www.who.int/news/item/23-07-2022-monkeypox-outbreak-a-public-health-emergency-of-international-concern
  6. Adalja, A. A., & Inglesby, T. V. (2022). A Tale of Two Viruses: Mpox and Smallpox. JAMA, 328(5), 437-438. https://doi.org/10.1001/jama.2022.11471
  7. Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). (2023). Mpox Clade IIb Sequences in Indonesia. Retrieved from https://www.gisaid.org/
  8. African Union Commission. (2023). Response to Monkeypox Outbreaks in Africa. Retrieved from https://africacdc.org/
dr. Maria Alfiani Kusnowati
Author: dr. Maria Alfiani Kusnowati

Dokter Umum. Universitas Kristen Maranatha angkatan 2013. Internship di RSUD Waled dan Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon (2019). Bekerja di RS Bunda Pengharapan Merauke, Papua Selatan (2020-2023).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top