Andropause Vs Menopause, Memahami Menopause pada Pria

Menopause dan Andropause

Setiap fase kehidupan membawa tantangan dan perubahan tersendiri, namun salah satu perubahan paling signifikan terjadi di pertengahan usia. Di usia sekitar 50 tahun, baik pria maupun wanita mengalami transformasi hormonal yang mendalam yang dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik dan emosional mereka. Pada wanita, fase ini dikenal sebagai menopause, sedangkan pada pria, perubahan serupa disebut andropause.

Meskipun menopause dan andropause sering kali dianggap sebagai fenomena alami yang tak terelakkan, dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari dapat sangat signifikan. Gejala seperti hot flashes, penurunan libido, kelelahan, dan perubahan mood bukan hanya mempengaruhi kesehatan individu, tetapi juga kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Memahami perbedaan mendasar antara menopause dan andropause, serta mengetahui bagaimana mengelola gejalanya, dapat membantu kita menavigasi fase ini dengan lebih baik.

denverhormonehealth.com/menopause-vs-andropause
Menopause Vs Andropause

Gambar di atas membandingkan menopause dan andropause, dua kondisi hormonal yang mempengaruhi wanita dan pria seiring bertambahnya usia.

Perbandingan Menopause dan Andropause

Menopause adalah penghentian menstruasi secara alami yang menandai akhir dari kemampuan seorang wanita untuk hamil. Ini biasanya terjadi pada usia sekitar 50 tahun, meskipun bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat. Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan berbagai gejala fisik dan emosional.

Andropause, juga dikenal sebagai penurunan androgen pada pria, adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan bertahap kadar hormon testosteron. Tidak semua pria mengalami andropause, dan gejalanya sering kali kurang jelas dibandingkan dengan menopause. Penurunan testosteron biasanya mulai terjadi sekitar usia 30 tahun dan berlanjut dengan laju sekitar 1% per tahun.

Usia Terjadi

Baik menopause maupun andropause umumnya terjadi sekitar usia 50 tahun. Namun, ada perbedaan penting dalam cara mereka mempengaruhi individu:

  • Menopause: Setiap wanita akan mengalami menopause pada suatu titik dalam hidupnya.
  • Andropause: Tidak semua pria akan mengalami gejala andropause yang signifikan.

Prevalensi dan Dampak

Menopause:

  • 4 dari 10 wanita mengalami hot flashes selama menopause.
  • Diperkirakan 6.000 wanita di Amerika Serikat mencapai menopause setiap hari.

Andropause:

  • Tingkat testosteron pada pria adalah 20 kali lebih banyak dibandingkan wanita, tetapi mulai menurun sekitar usia 30 tahun.
  • Pria rata-rata memproduksi 5-10 mg testosteron setiap hari.

Penurunan Hormon

Pada Wanita:

  • Wanita berusia 35-50 tahun mengalami penurunan hormon estrogen sebesar 35%.
  • Penurunan progesteron bisa mencapai 75%.

Pada Pria:

  • Kadar testosteron mulai menurun sekitar 1% setiap tahun setelah usia 30 tahun.

Setelah kita mengetahui perbedaan menopause dan andropause, mari kita pahami dengan lebih dalam segala hal tentang andropause

broadwayclinic.com
Mengelola Menopause Pada Pria/Andropause

Andropause adalah fenomena yang sering kali diabaikan namun mempengaruhi banyak pria seiring bertambahnya usia. Mirip dengan menopause pada wanita, andropause adalah fase dalam kehidupan seorang pria di mana kadar hormon testosteron menurun secara signifikan, mengakibatkan berbagai gejala fisik, mental, dan emosional. Artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan lengkap mengenai andropause, mencakup gejala, penyebab, diagnosis, penanganan, dan strategi pencegahan, serta pandangan dari penelitian terbaru.

Pengertian Andropause

Andropause, juga dikenal sebagai penurunan androgen pada pria penuaan (ADAM), adalah kondisi di mana pria mengalami penurunan bertahap kadar testosteron seiring bertambahnya usia. Tidak seperti menopause, yang terjadi pada wanita dalam periode waktu yang relatif singkat, penurunan testosteron pada pria terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Andropause tidak diakui sebagai kondisi medis formal di semua negara, namun pengakuan dan pemahaman tentangnya terus berkembang.

Gejala Andropause

drlam.com
Gejala Andropause, Menopause pada pria, andropause symptoms

Gejala andropause dapat bervariasi antara individu, tetapi beberapa gejala umum meliputi:

  1. Penurunan Libido dan Disfungsi Seksual
    • Penurunan hasrat seksual.
    • Disfungsi ereksi atau kesulitan mempertahankan ereksi.
  2. Perubahan Mood dan Emosional
    • Depresi, kecemasan, dan perubahan suasana hati.
    • Mudah marah dan penurunan rasa percaya diri.
  3. Kelelahan dan Penurunan Energi
    • Kelelahan kronis dan penurunan energi.
    • Kurangnya motivasi dan penurunan vitalitas.
  4. Perubahan Fisik
    • Penurunan massa otot dan kekuatan.
    • Peningkatan lemak tubuh, terutama di sekitar perut.
    • Penurunan kepadatan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis.
  5. Masalah Kognitif
    • Kesulitan dalam konsentrasi dan memori.
    • Penurunan fungsi kognitif secara umum.
  6. Gangguan Tidur
    • Insomnia dan gangguan tidur lainnya.

Penyebab Andropause

Andropause disebabkan oleh penurunan alami kadar testosteron yang terjadi seiring bertambahnya usia. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempercepat atau memperburuk kondisi ini:

  1. Penuaan
    • Penurunan produksi testosteron secara alami seiring bertambahnya usia.
  2. Kondisi Medis
    • Penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung.
    • Gangguan hormonal lainnya seperti hipotiroidisme.
  3. Gaya Hidup Tidak Sehat
    • Konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik.
    • Pola makan yang buruk dan stres kronis.
  4. Faktor Psikososial
    • Stres psikologis dan masalah mental.

Diagnosis Andropause

Mendiagnosis andropause melibatkan beberapa langkah penting:

  1. Anamnesis
    • Pengumpulan riwayat medis dan gejala yang dialami pasien.
    • Pertanyaan mengenai perubahan dalam libido, mood, dan energi.
  2. Pemeriksaan Fisik
    • Evaluasi tanda-tanda fisik andropause, seperti penurunan massa otot dan peningkatan lemak tubuh.
  3. Tes Darah
    • Pengukuran kadar testosteron melalui tes darah.
    • Tes ini biasanya dilakukan di pagi hari ketika kadar testosteron berada pada puncaknya.
    • Pengukuran hormon lain yang terkait, seperti hormon luteinizing (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
  4. Evaluasi Psikologis
    • Penilaian kondisi mental dan emosional untuk mengidentifikasi dampak psikologis dari andropause.

Penanganan Andropause

Penanganan andropause dapat melibatkan pendekatan multidisiplin yang mencakup terapi medis, perubahan gaya hidup, dan dukungan psikologis:

  1. Terapi Penggantian Testosteron (TRT)
    • TRT dapat diberikan dalam bentuk suntikan, gel, atau tambalan kulit.
    • Terapi ini harus diawasi ketat oleh dokter karena memiliki efek samping dan kontraindikasi.
  2. Obat-Obatan
    • Obat seperti inhibitor PDE5 untuk mengatasi disfungsi ereksi.
    • Antidepresan untuk mengatasi gejala depresi dan kecemasan.
  3. Perubahan Gaya Hidup
    • Aktivitas fisik teratur untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
    • Pola makan seimbang yang kaya akan nutrisi penting.
    • Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga.
  4. Dukungan Psikologis
    • Konseling atau terapi psikologis untuk membantu mengatasi perubahan emosional dan mental.
  5. Suplemen Nutrisi
    • Vitamin D, kalsium, dan asam lemak omega-3 untuk mendukung kesehatan tulang dan fungsi tubuh lainnya.

Pencegahan Andropause

Beberapa langkah pencegahan dapat diambil untuk menunda atau mengurangi dampak andropause:

  1. Menjaga Gaya Hidup Sehat
    • Pola makan seimbang dan teratur berolahraga.
    • Menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
  2. Manajemen Stres
    • Mengelola stres dengan teknik relaksasi, meditasi, atau aktivitas hobi.
  3. Pemeriksaan Kesehatan Rutin
    • Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau kadar hormon dan kondisi kesehatan secara umum.
  4. Dukungan Sosial
    • Membangun jaringan dukungan sosial yang kuat untuk mengatasi tekanan emosional dan psikologis.

Penelitian Terbaru tentang Andropause

  1. Penelitian Tentang TRT
    • Penelitian terbaru menunjukkan bahwa TRT dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pria yang mengalami andropause, tetapi perlu dipertimbangkan dengan hati-hati karena risiko efek samping seperti penyakit jantung dan kanker prostat.
  2. Pengaruh Gaya Hidup
    • Studi menunjukkan bahwa pria yang aktif secara fisik dan memiliki pola makan sehat cenderung mengalami gejala andropause yang lebih ringan.
  3. Peran Genetik
    • Penelitian genetik menunjukkan bahwa variasi dalam gen yang mengatur produksi testosteron dapat mempengaruhi keparahan gejala andropause.
  4. Intervensi Psikologis
    • Terapi kognitif dan perilaku (CBT) telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala psikologis yang terkait dengan andropause.

Kesimpulan

Andropause adalah kondisi yang dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan pria seiring bertambahnya usia. Dengan memahami gejala, penyebab, dan opsi penanganan yang tersedia, pria dapat mengelola kondisi ini dengan lebih efektif. Pendekatan multidisiplin yang mencakup terapi medis, perubahan gaya hidup, dan dukungan psikologis dapat membantu pria menjalani hidup yang sehat dan produktif meskipun mengalami andropause.

Daftar Pustaka

  1. Kaufman, J. M., & Vermeulen, A. (2005). The decline of androgen levels in elderly men and its clinical and therapeutic implications. Endocrine Reviews, 26(6), 833-876.
  2. Morley, J. E., & Perry, H. M. (2003). Andropause: An old concept in new clothing. Clinics in Geriatric Medicine, 19(3), 507-528.
  3. Saad, F., & Gooren, L. (2009). The role of testosterone in the metabolic syndrome: A review. Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology, 114(1-2), 40-43.
  4. Matsumoto, A. M. (2002). Andropause: Clinical implications of the decline in serum testosterone levels with aging in men. Journal of Gerontology Series A: Biological Sciences and Medical Sciences, 57(2), M76-M99.
  5. Heinemann, L. A. (2004). Aging Males’ Symptoms scale (AMS): An international validation study. Archives of Andrology, 47(3), 153-161.
  6. Nieschlag, E., & Behre, H. M. (2004). Testosterone: Action, Deficiency, Substitution. Cambridge University Press.
  7. Travison, T. G., et al. (2007). A population-level decline in serum testosterone levels in American men. Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 92(1), 196-202.
  8. Bhasin, S., et al. (2010). Testosterone therapy in men with androgen deficiency syndromes: An Endocrine Society clinical practice guideline. Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 95(6), 2536-2559.
  9. Vijayakumar, R. S., et al. (2012). Andropause: Fact or fiction?. World Journal of Men’s Health, 30(1), 23-27.
dr. Maria Alfiani Kusnowati
Author: dr. Maria Alfiani Kusnowati

Dokter Umum. Universitas Kristen Maranatha angkatan 2013. Internship di RSUD Waled dan Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon (2019). Bekerja di RS Bunda Pengharapan Merauke, Papua Selatan (2020-2023).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top