Virus influenza A adalah salah satu virus yang paling sering bermutasi dan menyebabkan infeksi pada berbagai spesies, termasuk burung dan manusia. Virus ini memiliki kemampuan untuk menyebabkan pandemi yang mematikan, seperti pandemi flu Spanyol pada tahun 1918 yang disebabkan oleh virus subtipe H1N1. Oleh karena itu, memahami subtipe virus influenza A menjadi penting dalam pencegahan, diagnosis, dan pengendalian penyebaran penyakit. Artikel ini akan membahas lebih rinci mengenai berbagai subtipe virus influenza A, terutama yang menginfeksi manusia dan burung, dengan dukungan literatur ilmiah yang relevan.
Struktur dan Klasifikasi Virus Influenza A
Virus influenza A diklasifikasikan berdasarkan dua protein utama yang terdapat di permukaan virus, yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Kombinasi dari 18 subtipe HA dan 11 subtipe NA menghasilkan lebih dari 100 kombinasi subtipe virus influenza A yang berbeda, seperti H1N1, H3N2, H5N1, dan sebagainya. Hemagglutinin adalah protein yang memungkinkan virus menempel dan masuk ke dalam sel inang, sedangkan neuraminidase membantu pelepasan virus baru dari sel yang terinfeksi.
Subtipe yang Menginfeksi Burung dan Manusia
Mayoritas subtipe virus influenza A ditemukan pada burung, terutama unggas liar seperti bebek dan burung air, yang berfungsi sebagai reservoir alami. Burung-burung ini sering kali tidak menunjukkan gejala penyakit meskipun terinfeksi, tetapi dapat menyebarkan virus ke spesies lain, termasuk unggas ternak dan manusia. Subtipe yang paling umum ditemukan pada burung adalah H5, H7, dan H9. Meskipun infeksi manusia oleh virus influenza A burung jarang terjadi, subtipe seperti H5N1, H7N9, dan H9N2 telah dilaporkan menyebabkan penyakit berat pada manusia.
Garis Keturunan Genetik Virus Influenza A
Virus influenza A memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai garis keturunan genetik berdasarkan waktu, inang, dan lokasi geografis. Misalnya, virus H5N1 yang ditemukan di Asia mungkin secara genetik berbeda dari virus H5N1 yang ditemukan di Eropa atau Amerika Utara. Garis keturunan ini dikelompokkan lebih lanjut menjadi klade, yang masing-masing memiliki ciri genetik unik. Pemantauan dan karakterisasi genetik dari virus-virus ini sangat penting untuk memahami evolusi virus dan potensi penyebarannya ke populasi manusia.
Flu Burung Patogen Rendah (LPAI) dan Patogen Tinggi (HPAI)
Virus influenza A yang menginfeksi burung dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan tingkat patogenisitasnya: flu burung patogen rendah (LPAI) dan flu burung patogen tinggi (HPAI). Virus LPAI biasanya hanya menyebabkan gejala ringan atau tanpa gejala pada unggas, sementara HPAI dapat menyebabkan kematian massal pada ayam dan unggas lainnya. Salah satu contoh virus HPAI yang terkenal adalah H5N1, yang telah menyebabkan wabah pada unggas di berbagai negara dan juga menular ke manusia.
Subtipe Virus Influenza A yang Menginfeksi Manusia
Berikut ini adalah subtipe-subtipe virus influenza A yang diketahui menginfeksi manusia:
- Virus A(H1N1)
Subtipe H1N1 adalah penyebab pandemi flu Spanyol pada tahun 1918, yang menewaskan lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia. Pada tahun 2009, virus H1N1 kembali muncul dalam bentuk baru yang disebut A(H1N1)pdm09, menyebabkan pandemi flu babi. Virus ini terus beredar hingga saat ini dan menjadi salah satu penyebab utama influenza musiman di seluruh dunia. - Virus A(H3N2)
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1968 selama pandemi flu Hong Kong. Virus A(H3N2) tetap menjadi salah satu penyebab utama flu musiman, terutama pada populasi lansia yang lebih rentan terhadap komplikasi serius akibat infeksi ini. - Virus A(H5N1)
Virus ini pertama kali ditemukan pada unggas di Asia pada akhir 1990-an dan sejak saat itu telah menyebar ke berbagai negara. Infeksi pada manusia jarang terjadi, tetapi tingkat fatalitas pada kasus H5N1 sangat tinggi, mencapai lebih dari 60%. Sebagian besar infeksi manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi. - Virus A(H7N9)
Virus H7N9 pertama kali dilaporkan menyebabkan infeksi pada manusia di Tiongkok pada tahun 2013. Meskipun infeksi awalnya jarang terjadi, virus ini memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit yang parah, dengan tingkat fatalitas lebih dari 30% pada beberapa wabah. - Virus A(H9N2)
Meskipun infeksi H9N2 pada manusia jarang terjadi, virus ini tersebar luas pada populasi unggas di Asia dan Timur Tengah. Virus ini sering kali menjadi perhatian karena potensinya untuk beradaptasi dan menimbulkan infeksi yang lebih serius pada manusia di masa mendatang.
Evolusi dan Mutasi Virus Influenza A
Salah satu karakteristik unik virus influenza A adalah kemampuannya untuk mengalami mutasi yang cepat melalui dua mekanisme utama: antigenic drift dan antigenic shift. Antigenic drift adalah akumulasi bertahap mutasi kecil pada gen HA dan NA, yang menyebabkan virus sedikit berbeda dari versi sebelumnya dan membuat sistem kekebalan tubuh sulit mengenali virus tersebut. Inilah yang menyebabkan flu musiman, di mana virus yang beredar berubah setiap tahun.
Antigenic shift, di sisi lain, adalah perubahan besar yang terjadi ketika dua virus influenza A yang berbeda menginfeksi sel inang yang sama dan bertukar segmen genetik. Hasilnya adalah virus baru dengan kombinasi HA dan NA yang berbeda dari virus sebelumnya, yang dapat menyebabkan pandemi jika virus tersebut mampu menular antar manusia. Contoh antigenic shift adalah munculnya virus H1N1pdm09 yang menyebabkan pandemi flu babi pada tahun 2009.
Potensi Wabah dan Pencegahan
Virus influenza A, terutama subtipe yang menginfeksi manusia, memiliki potensi besar untuk menyebabkan wabah atau pandemi di masa depan. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan yang efektif sangat penting untuk mengendalikan penyebaran virus. Salah satu cara utama untuk mencegah penyebaran influenza adalah melalui vaksinasi. Setiap tahun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan komposisi vaksin flu berdasarkan subtipe virus influenza A dan B yang diperkirakan akan beredar selama musim flu berikutnya.
Selain vaksinasi, pemantauan ketat terhadap populasi unggas dan hewan lainnya juga diperlukan untuk mendeteksi dini kemunculan virus baru yang dapat menyebar ke manusia. Praktik biosekuriti di peternakan, penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja yang berisiko tinggi terpapar virus, serta kebijakan pemusnahan unggas yang terinfeksi adalah langkah-langkah penting dalam mencegah penyebaran virus influenza A burung ke manusia.
Masa Depan Penelitian dan Pengendalian Virus Influenza A
Penelitian terus dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang virus influenza A, terutama dalam hal evolusi, penyebaran, dan mekanisme patogenisitasnya. Salah satu fokus utama adalah pengembangan vaksin universal yang dapat memberikan perlindungan jangka panjang terhadap berbagai subtipe virus influenza A, termasuk yang belum muncul. Pendekatan baru dalam pengembangan obat antiviral juga sedang dieksplorasi untuk mengatasi resistensi terhadap obat yang saat ini tersedia, seperti oseltamivir.
Selain itu, kolaborasi internasional dalam pemantauan dan berbagi data genetik virus sangat penting dalam mengidentifikasi virus baru yang berpotensi menimbulkan pandemi. Inisiatif seperti Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) dari WHO memainkan peran kunci dalam upaya global untuk memantau virus influenza dan mengoordinasikan respons terhadap ancaman pandemi.
Kesimpulan
Virus influenza A adalah ancaman kesehatan global yang terus berkembang, dengan kemampuan untuk bermutasi dan menyebabkan wabah besar. Memahami berbagai subtipe virus ini, terutama yang menginfeksi manusia dan burung, adalah langkah penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian influenza. Dengan penelitian yang terus berkembang, serta kolaborasi global dalam pemantauan dan pengembangan vaksin, diharapkan dapat meminimalisir wabah besar akibat influenza A di masa depan.
Daftar Pustaka :
- World Health Organization (WHO). (2023). Influenza (Seasonal). Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/influenza-(seasonal)
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). Types of Influenza Viruses. Diakses dari https://www.cdc.gov/flu/about/viruses/types.htm
- Garten, R. J., Davis, C. T., Russell, C. A., Shu, B., Lindstrom, S., Balish, A., … & Cox, N. J. (2009). Antigenic and genetic characteristics of swine-origin 2009 A(H1N1) influenza viruses circulating in humans. Science, 325(5937), 197-201.
- Webster, R. G., & Govorkova, E. A. (2006). H5N1 influenza—continuing evolution and spread. New England Journal of Medicine, 355(21), 2174-2177.
- Peiris, J. S., & Yen, H. L. (2014). Animal and human influenzas. In Influenza Pathogenesis and Control-Volume I (pp. 73-100). Springer, Cham.
- Iuliano, A. D., Roguski, K. M., Chang, H. H., Muscatello, D. J., Palekar, R., Tempia, S., … & Bresee, J. S. (2018). Estimates of global seasonal influenza-associated respiratory mortality: a modelling study. The Lancet, 391(10127), 1285-1300.
- Smith, G. J., Vijaykrishna, D., Bahl, J., Lycett, S. J., Worobey, M., Pybus, O. G., … & Guan, Y. (2009). Origins and evolutionary genomics of the 2009 swine-origin H1N1 influenza A epidemic. Nature, 459(7250), 1122-1125.
- Russell, C. J., & Webster, R. G. (2005). The genesis of avian influenza reassortants. Current Topics in Microbiology and Immunology, 283, 317-343.
- Taubenberger, J. K., & Morens, D. M. (2006). 1918 Influenza: the mother of all pandemics. Emerging Infectious Diseases, 12(1), 15.
- Li, Q., Zhou, L., Zhou, M., Chen, Z., Li, F., Wu, H., … & Wang, H. (2014). Epidemiology of human infections with avian influenza A(H7N9) virus in China. New England Journal of Medicine, 370(6), 520-532.